Lihat ke Halaman Asli

Amanda

Mahasiswi

Review Buku Berani Tidak Disukai: Keberanian untuk Berani Tidak Disukai

Diperbarui: 3 Juni 2022   21:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Ketika kebanyakan orang ingin sekali disukai oleh banyak orang, tetapi mengapa penulis Ichiro Kishimi dan Fumitake Koga mengajak pembaca untuk berani dibenci dibukunya yang berjudul Berani tidak disukai?

Nyatanya buku Berani tidak disukai memberikan jawaban,mengungkap rahasia,dan mengeluarkan kekuatan tersembunyi yang mungkin itu adalah kebahagian yang kita cari, padahal dari judul bukunya seakan tidak memiliki pengaruh untuk mengubah hidup kita.

Pastinya calon pembeli buku ini penasaran apa isi dari buku ini, buku yang sudah terjual lebih dari 3,5 juta eksemplar ini nyatanya adalah fenomena dari Jepang untuk membebaskan jiwa kita dari pikiran negatif dan meraih kebahagian sejati.

Berikut review buku Berani Tidak Disukai karya Ichiro Kishimi dan Fumitake Koga.

Karena buku ini ditulis dengan gaya tanya jawab seperti pembicaraan reporter dan narasumber jadi aku curiga buku ini akan membosankan, menurut aku untuk menyelesaikan buku ini perlu waktu yang lama karena pembahasannya yang cukup berat dan bahasa yang disajikan cukup baku.

Buku ini terdiri dari lima bab yaitu, malam pertama hingga malam kelima. Dari awal hingga akhir buku ini berisikan percakapan filsuf dengan pemuda, berbeda dari buku yang aku baca kebanyakan buku ini berisikan diskusi tentang bagaimana kedua orang ini memilikli pandangan hidup yang berbeda, bagaimana kehidupan dimata pemuda dan dimata filsuf yang menjalani kehidupannya dengan cara yang berbeda.

buku ini mengungkapkan teori psikologi Adler yang menyajikan jawaban-jawaban sederhana atas pertanyaan. Di bab malam pertama, menurut freud trauma menyebabkan ketidakbahagiannya saat ini. Tapi adler menolak dan mengatakan bahwa Trauma itu tidak ada, adler menyatakan bahwa kita mengartikan pengalaman-pengalaman itu sesuai dengan tujuan kita. Hidupmu bukanlah sesuatu yang diberikan orang lain tetapi sesuatu yang engkau pilih sendiri dan kaulah yang bisa memutuskan bagaimana caramu menjalani hidup.

Singkatnya, bagaimana cara kau ingin hidup sepenuhnya ada pada pilihanmu, dan disini kita tidak bisa menyalahkan masa lalumu. Jika kita sudah menentukan hidup kita sendiri kita akan merasa puas dan Bahagia karena bagaimanapun juga itu adalah pilihan kita.

Bab malam kedua ini bertema semua persoalan tentang hubungan interpersonal. "jadi. Hidup bukanlah persaingan?" tanya pemuda, tentu itu sangat mustahil karena kita akan selalu membanding-bandingkan diri dengan orang lain, filsuf membantah dengan mengatakan "perasaan interferior yang sehat tidak timbul dari membandingkan diri sendiri dengan orang lain, namun dari membandingkan diri sendiri dengan keadaan diri yang ideal". Setelah membaca ungkapan filsuf aku sadar, benar juga tidak ada gunanya membandingkan diri sendiri dengan orang lain itu hanya akan membuang waktu dan hanya akan membuat kita merasa down.

"Mengakui kesalahan bukan berarti kekalahan" masi di bab malam kedua, karena seseorang memiliki pola pikir tidak mau kalah ia tidak mau mengakui kesalahannya dan akibatnya ia memilih jalan yang salah. Mengakui kesalahan dan mengatakan permintaan maaf tidak ada satupun yang berarti kalah. Nah, aku jadi mengerti jika terobsesi dengan menang dan kalah akan menghilangkan kemampuan membuat pilihan yang benar, dan yang bisa kau lihat hanyalah kemenangan dan kekalahan.

Buku ini banyak sekali mencantumkan istilah-istilah psikologi yang harus dipahami, setelah membaca buku ini aku jadi mengerti bagaimana cara menghadapi masalah-masalah yang ada pada diriku dengan cara yang baru dan yang mungkin lebih baik

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline