Lihat ke Halaman Asli

Kamuflase Derit Jendela

Diperbarui: 25 Juni 2015   00:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Bosan. Itulah kira-kira gambaran masa yang harus kulalui waktu liburan SD dulu. Entah itu liburan kelas berapa saja aku sudah lupa. Tapi satu tak ku lupa. Moment kecil itu.

Fajar sudah melepas kepergian sang waktu. Tentunya tidak pagi lagi sekarang. Jam 10.00 WIB!! Tapi, itu bukan waktuku keluar sarang. Sudah tentu ibuku yang cantik melarang, apalagi hanya untuk alasan bermain sepeda sama kawan. Mau ajak kawan main ke sini, ibu bilang nanti saja karena rumah masih berantakan habis rehab. Terpaksa, kupendam inginku dulu.

Ada satu makhluk manusia bertubuh kering dan legam, masih asyik di peraduan. Yah, manusia itu abangku. Dia saat itu masih murid SMA. Dan pertanyaan polosku saat itu, "Akankah aku sepertinya jika aku seusianya?"

Sengaja kubangunkan abangku yang masih terlena dalam dekapan selimut, tak peduli matahari sudah meninggi. "Bangunlah bang, temenin aku main yok!", pintaku sedikit merengek. Tak mempan satu kali. Tarik selimut, tarik baju, goyang kaki. Untung saja kasurpun tak kuguncang. Dan akhirnya. Mata sayunya sedikit terbuka, walau belum sepenuhnya terbuka.

Dengan berat hati, abang  lantas merelakan dirinya lepas dari hangatnya dekapan selimut dan empuknya busa kasur. Tak berkata apapun. Tapi pasti mengoceh dalam hati, hanya malas saja mengeluarkan kata pedasnya. Dia diam berlalu. Malas ku mengikuti, menempel, atau menjadi intel. Yah..biarkanlah dulu. Abangku masih terkena  efek bangun tidur, apalagi dia juga libur.

***

Sudah dua jam kuberi waktu. Sekarang saatnya! Ya, saatnya cari teman bermain di rumah! Daripada ku mengering bagai cabai yang tak terpakai berhari-hari, lumut kerak pun muncul sampai aku menunggui liburan ku usai tanpa sesuatu yang dapat kumainkan. (Yah, begitulah pikiran khayal luar biasa anak SD dulu)

“Ayolah, bang! Kita main..!! Kasian aku tak punya kawan main di rumah, mau keluar main belum bisa..Teganya tak ada yang mau mengajakku main di rumah”, rengekku mengasihani diriku sendiri.

Ya, aku bungsu tiga saudara dimana saudaraku laki-laki semua. Tak ada cara mengajak saudaraku bermain mengikuti inginku kecuali dengan rengekkan seperti itu. Di saat itu. (Hahaaa)

“Ya sudah, ayo kita main! Tapi kali ini, tak ada main boneka-bonekaan. Kalau merengek, boneka barbie adek abang jadikan korban lagi kayak Chucky. Kali ini ikut abang main..”.

(Mau tahu sobat? Kalau abangku mau main denganku karena terpaksa, maka boneka barbieku menjadi sasarannya. Tanpa rasa bersalah dan berdosa, sigap segera boneka-boneka cantik itu di gunduli atau wajahnya dicoret jadi garong, bahkan ada yang mirip Si Chucky. Olalaaa..)

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline