Beberapa tahun terakhir, konsep keberlanjutan menjadi semakin penting dalam diskusi global seputar pembangunan ekonomi dan konservasi lingkungan. Ketika negara-negara berkembang berupaya mencapai pertumbuhan ekonomi sekaligus mengatasi permasalahan lingkungan hidup yang mendesak, gagasan transisi menuju ekonomi ramah lingkungan (green economy) telah muncul sebagai solusi yang potensial. Pergeseran menuju model ekonomi yang lebih berkelanjutan tidak hanya memberikan manfaat bagi lingkungan tetapi juga memberikan peluang bagi pertumbuhan dan kesejahteraan jangka panjang. Dalam wacana ini kita akan mengeksplorasi strategi dan tantangan yang terkait dengan pengintegrasian keberlanjutan di negara-negara berkembang, dengan fokus pada transisi menuju ekonomi hijau.
Salah satu alasan utama untuk mendorong keberlanjutan di negara-negara berkembang adalah kebutuhan mendesak untuk mengatasi degradasi lingkungan dan perubahan iklim. Negara-negara ini seringkali menghadapi tantangan besar terkait dengan polusi, penggundulan hutan, hilangnya keanekaragaman hayati, dan penipisan sumber daya, yang semuanya mempunyai konsekuensi yang parah baik bagi penduduk lokal maupun lingkungan global. Dengan menerapkan praktik berkelanjutan dan berinvestasi pada sumber daya energi terbarukan, negara-negara berkembang dapat mengurangi jejak karbon mereka dan memitigasi dampak perubahan iklim.
Terlebih lagi, mengintegrasikan keberlanjutan ke dalam strategi pembangunan ekonomi juga dapat menghasilkan serangkaian manfaat sosial dan ekonomi. Misalnya, praktik pertanian berkelanjutan dapat meningkatkan ketahanan pangan, meningkatkan kesuburan tanah, dan mendukung penghidupan pedesaan. Demikian pula, mendorong pariwisata ekonomi dan konservasi keanekaragaman hayati dapat menciptakan peluang baru untuk lapangan kerja dan pertumbuhan ekonomi. Dengan menganut prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan, negara-negara berkembang dapat membangun masyarakat yang berketahanan, inklusif, dan sejahtera yang memprioritaskan kesejahteraan manusia dan planet bumi.
Maka, untuk melakukan transisi menuju perekonomian yang lebih ramah lingkungan, negara-negara berkembang harus menerapkan serangkaian strategi yang mendorong keberlanjutan di berbagai sektor. Salah satu pendekatan utamanya adalah berinvestasi pada sumber energi terbarukan seperti angin, tenaga surya, dan tenaga air, yang dapat mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil dan menurunkan emisi gas rumah kaca. Dengan mengembangkan infrastruktur energi bersih dan mendorong langkah-langkah efisiensi energi, negara-negara tidak hanya dapat mengurangi dampak lingkungannya tetapi juga menciptakan lapangan kerja baru dan merangsang pertumbuhan ekonomi.
Selain itu, meningkatkan efisiensi sumber daya dan mendorong prinsip-prinsip ekonomi sirkular dapat membantu meminimalkan timbulan limbah dan mengoptimalkan penggunaan sumber daya. Dengan mendorong daur ulang, penggunaan kembali bahan-bahan, dan mengurangi konsumsi, negara-negara dapat melestarikan sumber daya alam, mengurangi polusi, dan mendorong pola konsumsi berkelanjutan.
Selain itu, penerapan standar bangunan ramah lingkungan, mendorong solusi transportasi berkelanjutan, dan berinvestasi pada teknologi ramah lingkungan dapat membantu mengurangi emisi, meningkatkan kualitas udara, dan meningkatkan keberlanjutan perkotaan.
Meskipun transisi menuju ekonomi hijau menawarkan banyak manfaat, transisi ini juga menghadirkan tantangan yang harus diatasi. Salah satu kendala utama adalah kurangnya sumber daya keuangan dan teknologi yang diperlukan untuk menerapkan praktik berkelanjutan. Negara-negara berkembang seringkali menghadapi kendala pendanaan dan kesenjangan teknologi yang menghambat kemampuan mereka untuk mengadopsi teknologi ramah lingkungan dan berinvestasi pada infrastruktur energi terbarukan. Kerjasama internasional dan dukungan keuangan dari negara-negara maju dan organisasi internasional sangat penting untuk mengatasi hambatan-hambatan mereka dan mendukung transisi menuju ekonomi hijau.
Terlebih lagi, mendorong keberlanjutan di negara-negara berkembang memerlukan kemauan politik yang kuat, struktur tata kelola yang efektif, dan keterlibatan pemangku kepentingan. Para pembuat kebijakan harus merancang dan menerapkan kebijakan yang memberi insentif pada praktik berkelanjutan, mengatur standar lingkungan, dan mendorong inovasi ramah lingkungan. Kolaborasi antara pemerintah, dunia usaha, organisasi masyarakat sipil, dan komunitas lokal sangat penting untuk memastikan keberhasilan penerapan strategi pembangunan berkelanjutan dan membangun budaya pemeliharaan lingkungan.
Kesimpulannya, mengintegrasikan keberlanjutan ke dalam strategi pembangunan ekonomi sangat penting untuk mengatasi tantangan lingkungan yang mendesak, mendorong keadilan sosial, dan mendorong pertumbuhan ekonomi jangka panjang di negara-negara berkembang. Transisi menuju ekonomi hijau menawarkan jalan menuju masa depan yang lebih berkelanjutan dan berketahanan, dimana kemakmuran ekonomi dapat dicapai selaras dengan pelestarian lingkungan. Dengan berinvestasi pada energi terbarukan, mendorong efisiensi sumber daya, dan mengadopsi teknologi ramah lingkungan, negara-negara berkembang dapat membuka jalan menuju dunia yang lebih berkelanjutan dan sejahtera bagi generasi mendatang.
Ditulis Oleh: Muqaddim Djakra, 2024
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H