Lihat ke Halaman Asli

Belajar Mencintai Jokowi, Karena Dia Pemimpin Saya

Diperbarui: 11 Januari 2016   13:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Dunia tak akan sempit walau Presiden bukan pilihanmu"][/caption]

Pilpres kemaren saya nyoblos Prabowo. Selain karena memang tidak suka pada profil Jokowi, juga karena tim sukses Prabowo, Nanik S.Deyang adalah satu desa dengan saya. Harapanya, jika Prabowo terpilih, Mbak Nanik jadi menteri, lalu Desa saya bisa tambah maju. :mrgreen:

Ternyata kemudian Jokowi yang tepilih jadi Presiden. Pemimpin negara saya, dan yang padanya diserahkan juga beberapa urusan agama saya, Islam. Contoh yang paling krusial dalam hal wali hakim Nikah, yang dalam setiap akta nikah umat muslim yang resmi dan sah.

Harus ditanda tangani oleh Menteri Agama. Dan siapa yang mengangkat sumpahnya sang Menteri?. Ya Pak Jokowi. Lalu jika saya mencaci maki Jokowi, apalagi menganggap bahwa kepemimpinanya tidak sah. Wah bisa-bisa akad nikah saya tidak sah juga nantinya. Klo akad nikah saya tidak sah, berarti zina dong?

Maka dari itu, saya belajar mencintai Jokowi. Pemimpin saya, Presiden Negara saya.

Imam Ja'far Asshodiq, satu dari lima Imam Madzhab. Berfatwa, bahwa setiap usaha pemberontakan justru akan menimbulkan kezaliman-kezaliman baru yang lebih kejam dan meluas. Setiap usaha perubahan melalui usaha makar, adalah pintu bagi kekacauan. Bani Umayyah telah merampas banyak hak-hak orang, demikian juga Bani Abbasiyah setelahnya.
(Lebih lanjut, baca buku biografi Lima Imam Madzhab karya DR. Muhclis M. Hanafi - Alumni Gontor)

Ulama lain yang menghimbau pentingnya ketaatan umat pada Pemimpin yang terpilih adalah Almarhum Syeikh Ramadhan Al Buthi, Mufti Syiria. Yang selama konflik Syiria mulai bergejolak sampai perang. Tetap memilih taat dan patuh pada Bashar Al-Assad. Serta selalu menghimbau kaum pemberontak untuk meletakkan senjata demi perdamaian Syiria.

Ibnu Khaldun, salah satu ulama klasik paling tersohor abad pertengahan. Memilih untuk setia dan mendukung setiap upaya Timurleng dalam menyatukan dunia Islam. Meski cara yang ditempuh Khalifah Timur sangat kejam. Setiap menemukan perdebatan di antara kaum muslim dan tidak ada yang mengalah, Timur akan menyembelih mereka semua.

Seperti saat dia datang mengaku sebagai hakim atas perang saudara sunni-syiah di Irak, ketika dua golongan  mengaku yang paling benar. Timur membantai hampir 20.000 orang penduduk Baghdad. Lalu dengan enteng mengatakan, sebagai Sultan saya ini adalah ijtihad saya, sekarang biarkan mereka berdebat tentang siapa yang benar dihadapan yang Maha Benar.

Wah, berarti yang nulis ini Syiah dong, kok menukil pendapat Imam Ja'far Asshodiq sih?

Nagh itulah saya bingung pada Pak Jokowi ini. Banyak yang menuding beliau ini pro Syiah. Tapi kenapa negara Wahabi (Qatar), kok diizinkan menguasi Indosat?. Bahkan siap menghapus nama Indosat menjadi "oreedo".

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline