”Memang baik mencetak pemain berkualitas, tetapi jauh lebih penting mencetak pemain dengan pribadi yang bagus,” kata Ruben Bonastre, Wakil Direktur Akademi ”La Masia”. ”Hanya dengan pribadi berkualitas yang akan menjelma menjadi pemain berkualitas.” Nggak usah dipungkiri, klo di pemain bola di Indonesia rata-rata adalah jebolan SLTA .. tau deh lulus atau nggak? :twisted: bahkan ada yang cuma tamatan SMP :roll: Pertandingan Final Hassanal Bolkiah Trophy melawan Brunei adalah bukti nyata ... betapa bahwa tingkat pendidikan sangat berpengaruh pada pola pikir seorang atlit, nggak hanya sepakbola. La Masia, Ajax Academy, Arsenal, Manchester dan Academi hebat lainya, sangat mementingkan pendidikan. La Masia misalnya, hanya memberikan waktu bermain bola bagi anak didiknya 1jam45 menit setiap hari. Porsi itu jauh lebih singkat ketimbang waktu mereka belajar di sekolah, yakni enam jam (08.00-14.00), dan tambahan belajar di asrama (16.00-18.00). Setiap pagi anak-anak ”La Masia” berusia 7-18 tahun dijemput bus antar jemput untuk belajar di sekolah-sekolah terbaik di kota Barcelona hingga siang. (baca disini klik)
Naghh bagaimana dengan di Indonesia? ... tengok saja pusat pelatihan macam pelatnas, mementingkan proses pendidikan atau latihan?, percuma menempa skill dan fisik klo kepribadian, mental dan karakternya down. Konsep Atlet Muda Berpendidikan dikenal sebagai "student athlete". Di Indonesia sendiri saat ini sedang diterapkan di kompetisi HONDA DBL (Development Basketball League) series yang digagas oleh Azrul Ananda (CEO Jawa Pis). Siswa/atlit yang berlaga di Honda DBL harus memiliki nilai raport diatas SKBM (Standar Ketuntasan Belajar Minimum), seberapa pun hebatnya, klo raportnya jelek, ya dicoret. Hasilnya dari DBL ... Indonesia sukses jadi juara di "Asean ternational High School Basketball Tournament". Putra maupun Putri!. (klik disini)
Naghh bagaimana dengan masadepan sepakbola Indonesia? ... Madesu, suram, bakal jadi tim teraniaya di tingkat ASEAN. Vietnam, Laos, Myanmar dan Brunei, sekarang sudah selepel dengan kita. Singapura, Thailand, Malaysia ... sedikit diatas kita. Praktis, cuma tinggal Kamboja doang yang dibawah. Jangankan pembinaan pemain muda, Liga/kompetisi-nya saja tidak nggenah. Ulah petinggi klub dan PSSI juga tidak mendidik, mata duitan dan gila jabatan, dan tidak satupun yang mantan atlit bola (geleng-geleng). Maka wajar, jika pemainya brutal, supporternya .... ahh tahu sendirilahh Potret nyata sepakbola di Indonesia ya ... SINETRON TENDANGAN SI MADUN. Turun ke Lapangan niatnya bukan untuk main bola. Tapi niatnya duit, nyari musuh, siap berkelahi, klo perlu tawuran.!
Judulnya lebih cocok diganti menjadi "Tawuran si Madun" Artikel terkait:
Timnas Indonesia, dikutuk Dosa Keturunan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H