Sumber gambar, http://www.ife.no/en/ife/ife_images/ntf/isotop/radiofarmaka
Teknologi nuklir telah terbukti memiliki peran penting dalam kehidupan manusia, salah satu diantaranya yaitu di bidang kesehatan. Tenuklir telah dimanfaatkan dalam berbagai bentuk seperti radioisotop dan radiofarmaka untuk tujuan diagnosis dan terapi. Radiofarmaka telah dimanfaatkan secara luas untuk penanganan berbagai macam penyakit seperti penyakit tidak menular akibat penurunan kinerja organ tubuh jantung atau ginjal. Selain itu, aplikasi dari Radioisotop dan Radiofarmaka yang paling banyak digunakan yaitu diagnosis dan terapi kanker. Di Indonesia, beberapa rumah sakit telah menggunakan radiofarmaka untuk berbagai tujuan. Dengan kemajuan pembangunan, maka diprediksi bahwa kebutuhan pelayanan kesehatan menggunakan radioisotop dan radiofarmaka akan semakin meningkat.
Radiofarmaka adalah sediaan farmaka yang di dalamnya telah diikatkan satu atau beberapa radioisotop. Secara umum, radiofarmaka tersusun dari komponen radioisotop dan komponen kimia atau biomolekul yang menentukan biodinamika senyawa tersebut dalam tubuh. Kedua komponen tersebut harus terikat secara kuat sehingga tidak mudah terurai. Sebagian besar radiofarmaka akan tersirkulasi dalam tubuh sesuai dengan karakteristik kimia serta interaksinya dengan sel, jaringan, serta organ tubuh. Sebagian besar radiofarmaka bekerja berdasarkan interaksi pada tingkat molekul dan beberapa interaksi tersebut bersifat spesifik. Radiofarmaka digunakan dalam jumlah yang kecil sehingga efek farmakologi senyawa tersebut dapat diabaikan dan efek toksiknya pun kecil.
Radiofarmaka diagnosis memiliki radionuklida yang memancarkan energy (λ) gamma murni rendah dan tidak memancarkan partikel bermuatan serta memiliki waktu paruh yang relatif pendek. Sedang pada radiofarmaka terapi digunakan radionuklida berenergi (α) alpha (β) beta yang memiliki efek bagi tubuh seperti efek mematikan sel kanker, dengan spesifikasi waktu paruh yang cukup panjang untuk memberikan dosis radiasi sesuai yang diharapkan.
Ada beberapa cara pembagian radiofarmaka. Pembagian menurut jenis radionuklidanya, berdasarkan kegunaan, dan berdasarkan kategori lainnya.
1. Radiofarmaka berdasarkan jenis radionuklida
a. Radiofarmaka berbasis Tc-99m
Radiofarmaka berbasis Tc-99m (teknesium-99m) adalah radiofarmaka yang didalamnya terikat radionuklida teknesium-99m. Teknesium-99m merupakan radionuklida pemancar gamma murni, dengan waktu paruh pendek sekitar 6 jam. Sehingga Tc-99m ini sangat bermanfaat sebagai radiofarmaka diagnosis. Contohnya, Tc-99m MIBI. Sediaan 2-methoxy-isobutyl-isonitrile (MIBI) telah diketahui sebagai preparat penatah perfusi miokardial (otot jantung) yang telah ditandai dengan 99mTc (widyastuti, BATAN, 1999)
b. Radiofarmaka berbasis F-18
Radionuklida F-18 memiliki waktu paruh yang pendek, yaitu 110 menit. Saat ini F-18 utamanya digunakan dalam bentuk 18F-FDG. 18F-Flourodeoxyglucose (18F-FDG) Positron Emission Tomography (PET) sebagai modalitas imaging penatalaksanaan kanker tiroid (I Putu Ary W. RSUP Sanglah Denpasar)
c. Radiofarmaka berbasis Lu-177