Adakalanya matematika sulit dipahami oleh siswa karena proses belajar matematika cenderung formal dan kaku serta kurang menyenangkan.
Disamping itu pemahaman tentang nilai-nilai dalam pembelajaran matematika yang disampaikan para guru belum menyentuh keseluruh aspek yang mungkin.
Ada indikasi terdapat hubungan yang saling asing antara materi matematika di sekolah dengan kehidupan keseharian siswa setempat.
Siswa sekolah dasar yang berada fase kongkrit dan masa bermain membutuhkan suatu sentuhan materi matematika yang nyata dan sering dijumpainya serta menyenangkan. Permainan tradisonal adalah salah satu aktivitas yang menyenangkan dan hal yang dekat dengan anak-anak dalam hal ini siswa sekolah dasar. Etnomatematika merupakan representasi kompleks dan dinamis yang menggambarkan pengaruh kultural penggunaan matematika dalam aplikasinya. Saat ini permainan tradisional mulai ditinggalkan seiring dengan perkembangan teknologi. Padahal, permainan tradisional mengandung nilai-nilai budaya yang pada hakikatnya merupakan warisan leluhur yang harus dilestarikan keberadaannya.
Oleh karena itu tim kampus mengajar melaksanakan program pembelajaran dengan pendekatan etnomatematika. Adapun jenis permainan anak yang akan dikupas dengan pendekatan etnomatematika adalah permainan cublak- cublak suweng. Cublak- cublak suweng adalah salah satu permainan tradisional yang terkenal di Indonesia, khususnya bagi masyarakat pedesaan. Menurut sejarah lirik lagu dolanan cublak-cublak suweng merupakan warisan budaya yang berasal dari Walisongo, tokoh penyebar agama Islam di Pulau Jawa. Secara keseluruhan, lagu "Cublak-cublak Suweng" bermakna, untuk mencari harta janganlah menuruti hawa nafsu tetapi semuanya kembali ke hati nurani yang bersih. Tidak dipengaruhi hawa nafsu. Dengan hati nurani akan lebih mudah menemukan kebahagian, dan tidak tersesat jalan hingga lupa akan akhirat.
Dalam permainannya kami membagi kelas menjadi 4 kelompok. Setiap kelompok akan diberikan kelereng sebanyak 10 butir. Kelereng ini digunakan sebagai benda yang akan di pertaruhkan dalam jalannya permainan.
Langkah- Langkah Permainan
- Permainan akan dilakukan secara bergantian salah satu dari anggota kelompok yang bertanding akan berbaring telungkup ditengah (Pak Empo) dan kelompok lawan akan duduk mengelilingi anggota yang berbaring telungkup tersebut.
- Kelompok lawan yang duduk mengelilingi Pak Empo harus membuka telapak tangan menghadap ke atas dan diletakkan di punggung yang berbaring telungkup tersebut.
- Salah satu anggota lawan yang duduk membawa kelereng yang nantinya akan dipertaruhkan, kelereng tersebut dipindah dari telapak tangan satu ke telapak tangan lainnya diiringi lagu Cublak-Cublek Suweng.
- "Cublak cublek suweng, suwenge ting gelenter, mambu ketundung gudel. Pak empo lirak-lirik, sapa mau sing delekke. Sir sir pong dele gosong, sir sir pong dele gosong".
- Pada kalimat "Sapa mau sing delekke" serahkan kelereng ke tangan anggota lawan yang duduk lainnya untuk disembunyikan dalam genggaman.
- Ketika jalannya penyembunyian kelereng dan lagu dinyanyikan sedang berlangsung, Untuk teman kelompok Pak Empo harus berada diluar area permainan dan tidak boleh melihat.
- Di akhir lagu, semua anak menggenggam kedua tangan masing-masing, pura-pura menyembunyikan kelereng, sambil menggerak-gerakkan tangan.
- Pak Empo bangun dan menebak jumlah kelereng yang disembunyikan termasuk bilangan ganjil atau genap. Bila tebakannya benar, kelereng yang dipertaruhkan akan menjadi milik kelompok yang menjadi Pak Empo, jika tebakan salah kelereng yang dipertaruhkan masih tetap menjadi milik kelompok lawan.
- Setiap kelompok memiliki kesempatan 3 kali permainan. Setelah kelompok pertama selesai bermain kelompok yang menggenggam kelereng bertukar posisi menjadi Pak Empo. Pemenang akan ditentukan dari perbandingan banyaknya kelereng yang diperoleh tiap kelompok.
Kegiatan ini mengambil kesimpulan bahwa pendekatan etnomatematika dalam permainan tradisonal anak "Cublak- Cublak Suweng" berhasil membawa materi matematika yaitu materi pengenalan bilangan genap dan ganjil yang menyenangkan. Selain itu juga dari kegiatan ini dapat memberikan pemahaman kepada orang tua dan guru sekolah tentang pentingnya pendekatan etnomatematika dalam permainan tradisional anak untuk menjembatani antara materi matematika di sekolah dengan kehidupan sosial budaya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H