Written by Amalia Salwa, November 2022
Hola readers! Sedikit asing ya istilah disabilitas intelektual. Tidak banyak dari khalayak umum yang menegtahui apa itu disabilitas intelektual. Mungkin kebanyakan dari mereka menyamaratakan antara disabilitas intelektual dengan keterelakangan mental karena memiliki ciri-ciri yang hampir sama. Ingat ya hampir belum juga sam!
Kali ini kita bersama akan belajar bersama tentang apa itu disabilitas intelektual. Pembahasan kali ini akan lebih terfokus pada disabilitas intelektual, retardasi mental. Penting bagi para orang tua dan tenaga pendidik untuk mengetahuinya, karena kita tidak bisa memilih akan bertemu dan menghadapi orang seperti apa di masa depan.
Agar lebih kenal, mari kita bahas tentang retradasi mental terlebih dahulu. Retardasi mental atau dalam bahasa lainnya mental retardation adalah sebuah gangguan intelektual yang umumnya dapat dilihat dari kemampuan mental atau inteligensi yang berada di bawah rata-rata. Kondisi ini juga kerap disebut disabilitas intelektual, anak dengan gangguan ini bisa memengaruhi kapasitasnya untuk belajar dan menyerap serta menyimpan informasi baru.
Seorang anak dengan gangguan disabilitas intelektual memiliki keterbatasan dalam dua bidang umumnya, yakni keterbatasan fungsi intelektual dan keterbatasan berperilaku adaptif. Jika keterbatasan intelektual merupakan keterbatasan dalam kemampuan belajar, berfikir dan mengambil keputusan serta memecahkan sebuah permasalahan, maka keterbatasan berperilaku adaptif adalah keterbatasan dalam berkomunikasi dan berinteraksi dengan normal.
Lalu apakah jika keterbatasan itu ada, maka seseorang tidak akan berdaya begitu saja?
Ini yang perlu dibenahi dalam pemikiran manusia. Bahwa keterbatasan itu ada bukan untuk disesali namun dilatih untuk menjadi keberdayaan bagi banyak orang. Seorang dengan gangguan disabilitas intelektual bukan berarti tidak bisa mengerti apapun, ia bisa saja mengerti namun butuh waktu yang lebih lama dari anak 'reguler' pada umumnya. Perlu adanya upaya lebih untuk mencapai pemahaman yang ingin dicapai, maka jalan keluarnya adalah berlatih dengan metode kusus. Sebelum kita menginjak ke metode apa yang dapat diterapkan dalam pembelajaran anak dengan gangguan intelektual mari kita sama kan presepsi tentang gangguan menta dan gangguan intelektual.
Perlu dipahami, bahwa retardasi mental bukanah merupakan penyakit mental atau suatu gangguan mental. Namun, butuh diingat pula bahwa, seseorang dengan gangguan retardasi mental memiliki peluang lebih mengalami gangguan mental dibandingkan yang lainnya. Karena orang-orang awam mengkonotasikan negatif arti dari retardasi mental maka dengan itu, kata ini diganti dengan disabilitas intelektual.
Sulit memang mengidentifikasi penyebab secara spesifik dari retardasi mental. Namun, dalam penelitian medis menyebutkan bahawa kebanyakan alasan terjadinya disabilitas intelektial ini disebebkan oleh gangguan perkembangan otak. Apapun yang mengganggu perkembangannya bisa menjadi pemicu terjadinya gangguan ini. Disisi lain ada beberapa hal yang sering kali menjadi penyebab umum munculnya retardasi mental, diantara yaitu:
- Kelainan genetik. Bisa seperti sindrom down dan sindrom fragile X.
- Kendala saat kehamilan. Contohnya seperti kelahiran yang sangat premature sehingga paru-paru janin belum berkembang sempurna.
- Cedera atau penyakit lain. Penyakit lain ini dapat berupa meningitis, atau campak. Sedangkan cedera dapat diakibatkan dari cedera otak berat, kepala terbentur, kondisi hampir tenggelam, hingga infeksi otak.
Nah, selain penyebab di atas ada juga beberapa tanda-tanda yang menonjol pada anak dengan gangguan retardasi mental atau disabilitas intelektual. Dalam beeberapa kasus yang ditemukan, tidak menutup kemungkinan bahwa tanda-tanda anak dengan gangguan ini muncul pada fisik mereka. Contohnya, anak bisa memiliki ukurang kepala yang sangat kecil atau juga sangat besar, bentuk tangan dan kaki yang lain dari anak-anak pada umumnya, dan beberapa ciri fisik lainnya.
Perlu dicatat bahwa tidak semua anak dengan gangguan ini memiliki ciri fisik menonjol seperti diatas. Beberapa anak dengan ciri fisik normal pun tidak menutup kemungkinan juga bisa saja menderita gangguan retardasi mental. Namun, memang pada kondisi yang lebih parah anak dengan gangguan ini menujukkan tanda-tandanya pada usia yang lebih dini.