Written by Amalia Salwa, November 2022
Holla moms! Pasti banyak tantangan dalam mengawasi perkembangan anak bukan? Mulai dari energi sang buah hati yang meluap-luap hingga mendampingi proses belajar yang memakan waktu tak sedikit. Namun, pernahkah para orang tua menemukan satu atau dua kasus buah hati yang super aktif dan tidak mudah dikendalikan? Seringnya disebut nakal dan tak dapat mengerti aturan, tapi pernahkah bunda alih-alih menilai itu bukan suatu bentuk kenakalan anak, namun salah satu gejala gangguan perkembangan pada anak? Berikut kita Bersama akan membahas lebih dalam mengenai gangguan belajar dan hiperaktifitas pda anak.
Mengutip dari hallosehat.com -- Hyperactive atau hiperaktivitas adalah kondisi dimana seorang anak terus aktif tidak melihat waktu, situasi, dan suasana sekitar. Anak dengan ciri hiperaktif cenderung akan melakukan kegiatan yang berlebihan seperti berlari dan berteriak saat main meski berada di dalam ruangan, tidak bisa diam ketika guru sedang menjelaskan, bergerak cepat dan energik sampai menabrak orang lain atau barang-barang sekitar, bermain terlalu kasar dan seringnya mengganggu serta melukai orang disekitarnya, kesulitan untuk fokus dan duduk diam saat makan atau bermain. Kondisi inilah yang menyebabkan anak dengan ciri hiperaktif sulit berkonsentrasi dan dapat mengganggu kegiatan di sekolah maupun tempat kerja.
Lebih lanjut, anak atau individu dengan kondisi hiperaktif lebih berisiko mengalami gangguan kecemasan atau depresi karena harus menerima reaksi dari orang lain terhadap dirinya yang dianggap "aneh". Dalam berbagai penelitian menyebutkan bahwa keadaan hiperaktif sering dikaitkan dengan attention deficit hyperactivity disorder (ADHD) alias gangguan defisit atensi hiperaktivitas yang salah satu efeknya sama-sama kesulitan dalam belajar. Hiperaktif dan ADHD sebenarnya adalah dua kondisi yang berbeda, tapi perlu dipahami bahwa hiperaktif menjadi salah satu tanda dari gangguan tumbuh kembang anak jenis ADHD.
Kenapa diatas penulis selalu menyabutkan "keadaan hiperaktif" bukannya "penyakit hiperaktif"? Karena pada dasarnya hiperaktif adalah gejala dari masalah lain, masalahnya ini bisa termasuk penyakit mental dan fisik. Jadi, hiperaktivitas itu sendiri merupakan kondisi, bukan suatu penyakit yang berdiri sendiri.
Sekarang kita bahas lebih lanjut mengenai apa itu ADHD. Bersumber dari hallosehat.com - ADHD adalah gangguan perkembangan saraf masa kanak-kanak yang paling umum. Lebih jelasnya anak dengan gangguan ini biasanya ingin mencari perhatian lebih, pengendalian perilaku yang cenderung impulsif (bertindak sesuai keinginan dengan tergesa-gesa tanpa memikirkan konsekuensinya), dan bergerak terlalu aktif-agresif. Ciri-ciri tersebut juga berlaku pada anak dalam keadaan hiperaktivitas. Biasanya anak akan cenderung energetik secara alami dalam waktu yang lama, meski sudah diperingatkan oleh orangtua.
Walaupun anak dengan keadaan hiperaktif merupakan salah satu ciri dari gagguan perkembangan ADHD, lantas apakah bisa begitu saja diklasifikasikan bahwa anak itu termasuk dalam gangguan ADHD? Bahkan kebanyakan orang tua dan guru tidak menyadari perbedaan antara gangguan ADHD dengan autis. Orang yang tidak tahu betul mengenai gangguan perkembangan anak akan langsung men-judge jika anak itu "berbeda" maka mereka autis. Ini kesalahan yang sering terjadi dilingkungan masyarakat luas dan terus ternormalisasi tanpa adanya literasi mendalam.
Lalu apa perbedaan gangguan ADHD dengan autis?
Perbedaannya terletak pada perhatian, interaksi sosial, dan kebiasaan. Contohnya, anak dengan gangguan ADHD itu cenderung menghindari hal-hal yang membutuhkan fokus tinggi, namun sebaliknya anak dengan autis malah tidak bisa keluar dari fokus terhadap hal yang ia sukai; lalu jika anak dengan gangguan ADHD dapat berbicara tanpa henti dan mengganggu sekitar, maka anak dengan autisme justru kesulitan dalam mengungkapkan kata-kata dan sulit melakukan kontak mata; terakhir anak ADHD itu tidak suka melakukan aktivitas berulang yang dilakukan sehari-hari, namun anak dengan autisme menyukai hal-hal yang tertata dengan rapi dan struktural. Jadi dapat kita tarik benang merahnya, bahwa anak dengan gangguan ADHD itu jauh berbeda dengan autis dan anak dengan gangguan hiperaktivitas juga belum tentu menderita ADHD. Perlu adanya konsultasi dan pengecekan lebih lanjut oleh para ahli, jangan sampai self-diagnose tanpa adanya validasi dari dokter atau para ahli.
Namun, perlu dipahami jika ADHD sebenarnya belum banyak ditemukan informasi mengenai penyebabnya. Namun, para ilmuwan masih mempelajarinya. Memang benar penyebab kondisi ini belum diketahui, namun sudah dipastikan dengan jelas bahwa faktor genetik berperan penting. Hal ini turut diperkuat oleh hasil penelitian dalam Journal of American Medical Association (JAMA).
Menurut dosen psikologi di University of Southern California, Adam Leventhal, Ph.D., anak-anak pecandu berat gadget apa pun punya alasannya memiliki peluang dua kali lebih besar mengalami ADHD. Khususnya anak yang maniak bermain game, entah itu game konsol, game di komputer, maupun game online yang ada di HP.