Lihat ke Halaman Asli

Amalia Mumtaz Nabila

Pop-culture entusiast who loves to write what's on her mind.

Review "Spider-Man: No Way Home", Cerita Kompleks dengan Bumbu Nostalgia yang Bikin Puas

Diperbarui: 16 Desember 2021   13:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Review Spider-Man: No Way Home | Sony Pictures

Komentar pertama yang ada di benak saya setelah film selesai dan bagian kredit mulai berputar adalah... saya ga tahu harus berkata apa. Rasanya kosong dan hampa. Tepat seperti menaiki rollercoaster yang sudah lama saya nantikan untuk saya naiki. Ketika wahana sudah masuk ke dalam stasiunnya, yang saya inginkan adalah untuk merasakannya lagi dan lagi.

Saya puas dengan penampilan totalitas dari Tom Holland sebagai Spider-Man di film ini dibanding film-film solo Spider-Man yang ia bintangi sebelumnya. Performa ini lah yang selalu fans Spider-Man inginkan dan untungnya Tom Holland understood the assignment. Hal tersebut didukung oleh plot cerita yang memang lebih serius dan lebih emosional.

Peter Parker (Tom Holland), MJ (Zendaya), dan Ned Leeds (Jacob Batalon) dalam cuplikan film Spider-Man: No Way Home | Sony Pictures

Spider-Man: No Way Home menampilkan emosi keterikatan yang kuat antar karakter. Keterikatan ini belum pernah ada di 2 film sebelumnya pada trilogi Spider-Man garapan Jon Watts. Hubungan Peter dengan orang-orang terkasihnya diuji sementara ia harus menyelesaikan ancaman level multiverse di luar sana.

Selain itu, film ini juga memperlihatkan kompleksnya seorang manusia. Garis jelas antara kebaikan dan kejahatan yang seringkali menjadi esensi dari film superhero, kali ini menjadi sedikit lebih buram. Ada jawaban mengapa Doctor Strange 'memaksa' untuk langsung mengembalikan semua villain dari universe yang lain untuk kembali ke universe asal mereka. Sedangkan, Peter Parker mempunyai alasan yang juga sama logisnya untuk melakukan hal sebaliknya.

Green Goblin (Willem Dafoe) dalam film Spider-Man: No Way Home | Sony Pictures

Secara teknis, plot di film ini benar-benar padat. Cerita padat bahkan untuk film dengan durasi yang sudah 2 jam 28 menit. Awalnya saya agak skeptis saat awal muncul kabar durasi waktu film Spider-Man: No Way Home yang hampir seperti Avengers: Endgame itu. Untungnya ga ada perasaan bosan atau ngantuk karena padatnya cerita yang mencuri fokus penonton sepanjang film.

Durasi panjang dibarengi dengan cerita yang padat nan kompleks, secara mengejutkan, ga mengganggu stabilnya laju adegan. Adegan laga tidak terasa terlalu cepat dan datar. Saya bisa merasakan intens-nya adegan berkelahi Tom Holland dengan Willem Dafoe karena tingkat kekerasan dalam adegan berkelahi di film ini lebih tinggi ketimbang 2 film sebelumnya.

Doc Ock (Alfred Molina) dalam film Spider-Man: No Way Home | Sony Pictures

Unsur komedi ada di level 'cukup', mengingat seberapa seriusnya topik cerita yang diambil. Penempatannya pun cukup strategis, ga ditaruh disembarang tempat sehingga ga menggangu keseriusan yang ingin dibawa oleh film ini. Spider-Man versi Sam Raimi dan The Amazing Spider-Man beberapa kali dijadikan sebagai referensi inside jokes pada film ini. Hal tersebut memberikan sentuhan manis yang ada di film Spider-Man: No Way Home.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline