Lihat ke Halaman Asli

Amalia Nurmayasari

Mahasiswa Sosiologi

BTS : Dari Korea ke Dunia

Diperbarui: 15 Desember 2024   08:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gambar 1.1

Kebudayaan Korea Selatan kini tengah menjadi perbincangan hangat, khususnya pada remaja. Istilah Korean Wave atau Hallyu merupakan sebutan dari kebudayaan tersebut yang kemunculannya menjadi salah satu paling signifikan perkembangannya dalam beberapa waktu terakhir. Korean Wave ini memiliki penampilan khas seperti musik, TV drama, kuliner, fashion, sampai kecantikan yang secara tidak langsung menjadi ajang untuk mempromosikan budaya ke negara lain yang bisa membawa keuntungan bagi negara sokor tersebut.  Dalam esai kali ini, saya akan menganalisis tentang fenomena K-Pop dan menjadikan boygroup BTS sebagai objeknya. Dalam perspektif interaksionisme simbolik, boygroup yang berisikan tujuh anggota, RM (leader), Jin, Suga, J-Hope, Jimin, V, dan Jungkook itu tidak hanya sekadar grupmusik belaka, tetapi menjadi simbol identitas bagi penggemarnya. Salah satu elemen penting dalam Korean Wave adalah fandom K-Pop. Fandom K-Pop menciptakan subkultur unik dengan pengaruh yang luas. Fandom dari boygroup ini biasa dikenal dengan sebutan ARMY yang identik dengan warna ungu. Melalui konser, media sosial, dan konten keseharian member, BTS menciptakan ruang interaksi dengan ARMY yang dapat memperkuat ikatan sosial dan membentuk komunitas global yang kuat, sehingga menciptakan rasa kebersamaan dan saling memiliki.  ARMY memiliki peran yang sangat penting dalam mengawal kesuksesan BTS. Mereka tidak hanya sebagai konsumen saja, tetapi sebagai promotor dan komunitas pendukung. Pengaruh BTS terhadap fase perkembangan sosial di masyarakat menjadi sosok panutan yang memberi pengaruh positif dalam hal mencintai diri sendiri, seperti salah satu dalam lagunya yang berjudul Answer : Love Myself yang mengajarkan kita untuk belajar menerima kekurangan diri sendiri dan mencintai diri sendiri, sehingga hidup menjadi lebih bahagia daripada harus menuruti standar yang dibuat orang lain. Dalam hal globalisasi, BTS berhasil menembus pasar musik global yang dapat mempromosikan budaya Korea Selatan. Hal ini dapat terjadi karena musik BTS mampu membuat pendengarnya terhubung secara emosional. Agensi BTS (Big Hit Entertainment) mampu menerapkan strategi pemasaran yang efektif dengan memanfaatkan teknologi digital untuk menjangkau ARMY di seluruh dunia.

Gambar 1.2

Ketika berbicara tentang aspek makro BTS, kita dapat melihat bagaimana grup ini berperan dalam memperkaya keragaman budaya Korea Selatan ke seluruh dunia dan BTS berhasil memanfaatkannya untuk menjadi fenomena global. Jika dilihat dari perspektif fungsionalisme, mereka tidak hanya menghibur saja, tetapi juga menginspirasi banyak orang dan mendorong perubahan sosial. Pengaruh BTS yang begitu besar itu menunjukkan betapa kuatnya kekuatan budaya pop dalam membentuk masyarakat. BTS meningkatkan citra negara dengan menjadi aset negara Korea Selatan karena memberi dampak positif bagi industri hiburan Korea Selatan. Popularitas BTS telah mendorong peningkatan jumlah wisatawan yang mengunjungi Korea Selatan dengan melakukan perjalanan untuk mengunjungi tempat-tempat yang terkait dengan BTS, seperti tempat syuting MV maupun kafe yang mereka kunjungi. Penjualan album, tiket koser, merchandise, dan turisme yang terkait dengan BTS telah menghasilkan pendapatan yang sangat besar.

Gambar 1.3


Dalam hal ini berarti aspek mikro lebih fokus pada hubungan antara BTS dan ARMY, sedangkan aspek makro lebih melihat K-Pop memiliki pengaruh terhadap budaya populer global dan dampak ekonomi yag ditimbulkannya. Cara saya mengintegrasikan dua distingsi tersebut yaitu dengan melihat ARMY yang merasa terhubung dengan pesan-pesan positif dalam lagu BTS (mikro) yang secara tidak langsung berkontribusi pada peningkatan citra positif Korea Selatan di mata dunia (makro). K-Pop tidak hanya mencerminkan nilai-nilai masyarakat saja, tetapi juga membentuk nilai-nilai tersebut. Sebagai contohnya yaitu konser BTS. Pada tingkat mikro, konser merupakan momen spesial bagi ARMY karena dapat bertemu idolanya secara langsung dan menikmati euforia bersama. Sedangkan dalam tingkat makro, konser merupakan bisnis yang besar dalam menciptakan lapangan kerja dan menghasilkan pendapatan yang signifikan bagi industri hiburan Korea Selatan. Dengan mengintegrasikan dua hal tersebut, kita tidak hanya melihat BTS memengaruhi individu saja, melainkan hal ini berdampak pada masyarakat secara keseluruhan. Dengan demikian, K-pop tidak hanya membentuk karakter dan struktur individu serta komunitas, tetapi juga berperan dalam perkembangan sosial, ekonomi, dan budaya yang lebih luas.

Gambar 1.4

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline