Lihat ke Halaman Asli

Amak Syariffudin

Hanya Sekedar Opini Belaka.

Ramalan Mencla-mencle

Diperbarui: 22 Juni 2020   12:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Screenshot Akun Youtube BMKG

Dalam bahasa Jawa ada istilah perbuatan dan sifat orang yang lancung. Yaitu 'plintat-plintut' sifatnya dan 'mencla-mencle' omongannya. Tulisan ini tentang kenyataan siaran acara ramalan cuaca yang disiarkan di media massa (televisi). 

Satu dengan lainnya isinya bisa saja dianggap mencla-mencle. Sumbernya sama, yakni BMKG (Badan Meteorologi, Klimatologi & Geologi) yang setiap harinya selalu mengeluarkan "Ramalan Cuaca" di seluruh daerah (terutama kota-kota besar yang terdapat kantor BMKG Daerah) di Indonesia.

Setiap hari saya tertarik mengikuti Ramalan Cuaca itu melalui beberapa siaran TV (saya sebut saja: TVRI, MetroTV, CNN Indonesia, TVOne). Setiap pagi hari saya mengamati secara bergantian siaran tersebut, sering menjadi heran, karena isi ramalan cuaca lewat siaran masing-masingnya bisa berbeda secara ekstrim. 

Salah satunya saya ambilkan contoh pengamatan saya 19 Juni lalu. Maaf kalau identitas medianya saya sebutkan. Itu demi koreksi dan akurasi isi tulisan ini. 

Untuk antara lain wilayah Jatim khususnya Surabaya, TVRI menyiarkan kondisi cuaca cerah, MetroTV menyatakan cerah-berawan, CNN berawan & hujan-lokal, TVOne menyebutkan cerah-berawan. Kemudian saya cocokkan dengan kondisi realitasnya. Nyatanya seharian penuh cuaranya cerah dan sedikit berawan tipis. Tak ada setetespun air hujan turun dari langit.

Pertanyaannya: apakah BMKG mengeluarkan bermacam ramalan di hari yang sama? Mungkin menerapkan pola "kira-kira begitulah". Namanya saja 'ramalan'. 

Ramalan bisa tidak harus tepat terjadi. Mbah dukun pun sifatnya meramal. Perkara benar atau tidak terjadi/benar, kan ramalan. 

Beda antara mbah dukun dengan BMKG. Badan milik pemerintah itu 'meramal' berdasarkan tinjauan ilmiah terhadap kondisi alam dalam lingkup cuaca dan perputaran bumi. Bukan mengarang atau berdasar intuisi pejabatnya.

Kalaulah staf Redaksi media bersangkutan yang bertugas mengutip informasi BMKG yang keliru, kondisi "salah kutip" yang menjadikan "salah ramal" yang disiarkan, mengapa dibiarkan berlarut-larut? Kita memaklumi, masing-masing media massa itu bersaing melalui acara-acara yang disajikan. Sedangkan siaran Ramalan Cuaca itu cuma dianggap demi melengkapi acara saja. Bukan sebagai materi kebutuhan audiens?

Benarkah ramalan-cuaca tak bermanfaat sehingga dijadikan acara sampingan saja? Padahal, kondisi cuaca yang diramal itu menjadi materi penting diketahui dalam profesi sektor pelayaran, sebagian industri pariwisata, sebagian orang yang melakukan perjalanan, atau mereka yang punya hajat dan lain-lain. 

Meskipun "acara sampingan", tetapi tetap mempunyai fungsi. Sehingga, stasiun tv yang menyiarkannya memberikan ruang-waktu agak panjang dan lengkap sedikit. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline