Menulis di Dalam Tandas
Oleh: Ama Kewaman*
Aku terbangun dari tidur malam yang lelap, tepat pukul 01.45 WITA, ketika sisa-sisa metabolisme dalam tubuh menggerakan seluruh raga untuk segera dikeluarkan tanpa aku harus memerintahkannya. Semuanya terjadi di alam bawah sadarku. Sepertinya, setiap manusia pun demikian, sudah disetting oleh Sang Pencipta dari sejak dalam kandungan hingga lahir ke dunia ini. Dan memang demikianlah keadaan manusia layaknya sebuah ponsel yang telah disetting alaramnya, untuk membantu membangunkan semua orang dengan jadwal yang pasti, seperti aku telah menggunaannya setiap pagi untuk membangunkanku siap memulai atifitas sebagai mahasiswa: mengobrol bersam teman-teman, mengibuli dosen di kantin sambil menunggu jam kuliah dimulai.
Denga tergesa-gesa aku mencari rokok yang aku lupa taruh dimana, sementara jembut sudah bersarang diujung debur. Aku membolak-balikan bantal: mencarinya dibalik bantal, mencarinya didalam saku celana, disela-sela buku yang berserakan diatas lantai dan diatas meja belajar.
Aku baru ingat rokok itu kusimpan didalam sebua buku karya salah seorang rohaniwan asal Jerman, Frans suseno, yang membahas tentang Menalar Tuhan, yang baru selesai kubaca sebelum tidur tadi ketika hendak masuk kedalam kamar mandi.
Maka dengan tergesa-gesa, aku melangkah cepat mengambil rokok dari dalam buku itu, menyulut sebatang rokok dan hendak kembali kedalam tandas. Tahukah kau, bahwa tandas yang aku gunakan ini dibuat langsung bergandengan dengan kamar tidurku. Didalam tandas ini, selain digunakan untuk membuang sisa-sisa kotoran dari dalam tubuh, juga digunakan untuk mandi dan mencuci.
Aku tak tahu anjuran kesehatan memperbolehkan membuat kamar tidur bergandengan langsung dengan kamar mandi didalamnya. Tapi kebanyakan indekos yang dibuat untuk mahasiswa di kota ini rata-rata sama semua, dengan masing-masing kamar mandi disetiap kamarnya. Mungkin saja pemilik indekos, pemerintah, atau orang-orang kesehatan telah bersekongkol untuk membunuh para mahasiswa, karena kebanyakan mahasiswa disini berasal dari indonesia timur. Dan mungkin karena inilah daerah kami masih tertinggal dan miskin.
Aku telah ada diatas tandas duduk menanti jembut sambil menghisap kretek dalam-dalam dan hendak mengeluarkan asap yang pekat. Sambil aku menikmati kretekku perlahan-lahan, nyanyian tengah malam yang mengayu dari lagu yang dimainkan Dialog Dini Hari, sebuah group band indi asal indonesia meramaikan sunyinya malam. Aku menyalaan kran air, dan gemeresik airnya beradu dengan iringan lagu Dialog Dini Hari membentuk harmonisasi musik yang indah.
"Tahkah kau, bagaimana senasinya merokok sambil dudu menanti jembut yang akan jatuh kedalam tandas !?" Kataku sendiri sambil membayangkan aku berbicar dengan bangga kepada temantemanku yang tidak merokok.
"Aaakkhhh, lu udah kecanduan kali, to !? Aku mengucapkannya dengan sedikit tawa. Tanganku seperti menuding ke arahku sendiri seolah-olah temanku tadilah yang berbicara sambil menuding ke arahku.