Sempat bincang sebentar sebelum beliau naik panggung sebagai pembicara, beliau mengungkapkan dirinya juga Kompasianer.
Setelah saya cari, benar nama beliau tercatat bergabung 7 September 2011. Lepas dari itu ada hal yang menarik dari hobi menulisnya yang membuahkan buku-buku berbobot. Seperti apa ya?
Salah satu even talkshow Indonesia International Book Fair 2018 yang menarik bagi saya kali ini adalah sharing pengalaman dari para penulis yang diadakan oleh Satu Pena (Persatuan Penulis Indonesia).
Ada 5 pembicara yang dihadirkan untuk berbagi pengalaman,harapan-harapannya untuk kesejahteraan penulis di Indonesia dan ragam permasalahan yang banyak dialami penulis.
Acaranya dikemas menarik, tak menyurutkan peserta untuk meninggalkan ruangan dan dihadiri Kepala BEKRAF (Badan Ekonomi Kreatif Indonesia) Triawan Munaf, dan Kepala Perpustakaan Nasional, Muhammad Syarif Bando.
Kebetulan meski acaranya baru berlangsung pukul 16 pada Minggu 16 September 2018, saya upayakan untuk hadir lebih awal ke Jakarta Convention Center Senayan Jakarta. Beruntung, salah satu pembicara yang sejak dari rumah ingin saya temui sudah hadir lebih awal. Ya, beliau adalah Menteri Perhubungan RI Mei 2007-Oktober 2009 Kabinet Indonesia Bersatu I, Ir. Jusman Syafii Djamal.
Sosok pria kelahiran Langsa, Aceh, 28 Juli 1954 ini tak asing lagi karena selain pernah menjadi Menteri, juga salah satu figur yang lekat dengan Presiden RI Prof. Dr. Ing. BJ Habibie semasa di IPTN (Industri Pesawat Terbang Nusantara) yang sekarang bernama PT Dirgantara Indonesia. Tak hanya itu, saya termasuk follower beliau di jejaring sosial facebook, sebagai pembaca setia setiap tulisan beliau dengan gaya bahasa yang renyah, mudah dicerna meskipun bobot bahasannya itu berat. Kebiasaan beliau menuangkan gagasan melalui jejaring sosial itulah, yang kemudian menjadikan follower beliau senantiasa menunggunya setiap pagi. Dan gagasan demi gagasan yang telah tercatat di akun facebook itulah yang kemudian disatukan menjadi sebuah buku bertematik.
"Tiga buku hasil dari menuangkan gagasan di catatan facebook. Dan diterbitkan bulan Desember sebagai kado perkawinan saya," tutur suami dari Arita Matthias Aroef, putri pertama dari Prof. Matthias Aroef (Guru Besar Teknik Industri ITB) dan dikaruniai dua orang putri dan satu orang putra.
Ada 5 buku beliau yang telah terbit sebenarnya. Buku pertama terbitan 2009 berjudul Grand Techno Economic Strategy : Siasat memicu produktivitas untuk memenangkan persaingan global yang merupakan karya beliau bersama ayah mertuanya, Prof. Dr. H. Matthias Aroef, MSIE, IPM. Buku kedua terbit tahun 2014 sebagai momen 100 tahun penerbangan komersial di Indonesia berjudul From St. Louis to Seulawah: Masa Depan Transportasi Udara dalam Zaman yang Berubah. Buku ketiga terbit tahun 2014 dari kumpulan catatan di facebook bertemakan leadership berjudul Notes On Leadership : From Dealer in hope to problem solver. Buku keempat terbit tahun 2015 dari kumpulan catatan di facebook bertemakan strategi berjudul Note On Strategy And Techno Economy: Ke Mana Kita Hendak Melangkah? Buku kelima terbit lagi tahun 2017 dari kumpulan catatan di facebook bertemakan inovasi berjudul Notes On The Economics Of Innovation. Dan rencananya akhir tahun 2018, akan terbit lagi karya beliau bertemakan teknologi.
"Mulai aktif nulis di jejaring sosial khususnya facebook itu tahun 2011 ketika menjadi Komisaris Utama Telkom," ungkapnya. Dan sejak itu hingga kemarin menjadi Komisaris Utama Garuda pun masih rajin menulis. Tiap pagi mulailah tulisan satu persatu tertuang di akun beliau hingga di kemudian hari ada rekan beliau yang menyarankan untuk dikumpulkan menjadi sebuah buku.
Tak lepas hanya itu saja kekaguman saya kepada beliau. Beliau yang kini Komisaris Utama PT Kereta Api Indonesia (Persero) juga konsisten untuk menulis dengan membiasakan setiap pagi. Bagi follower beliau di facebook, serasa seperti mendapatkan sarapan pagi gratis berupa tulisan gagasan, curhatan dan kadang guyonan dari beliau. Itu artinya banyak cara yang bisa dilakukan untuk menulis, termasuk menulis buku. Berawal dari catatan di jejaring sosial seperti facebook, konsistensi untuk meluangkan waktu di tengah kesibukan aktifitas pekerjaan dan semangat berbagi. Berbagi pengetahuan, berbagi gagasan melalui karya-karya intelektual berupa tulisan.