Lihat ke Halaman Asli

Amadia WikanSukmara

Masiswa Universitas Negeri Yogyakarta

Memaafkan Itu Hal yang Mudah atau Sulit?

Diperbarui: 26 Juni 2022   11:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Mungkin bagi beberapa orang dapat meminta maaf dengan mudah, hanya dengan mengatakan “aku minta maaf” “maafkan aku” “maaf ya”, maka mereka akan mendapatkan maaf yang mereka inginkan dan menganggap permasalah tersebut selesai begitu saja. 

Akan tetapi orang yang memberikan maaf harus bergelut dengan dirinya sendiri, antara empati mereka yang muncul karna melihat orang yang bersangkutan telah meminta maaf dan sangat terluka akibat apa yang dilakukan orang tersebut. Hingga pada akhirnya orang-orang yang memaafkan melakukannya karna rasa empati yang mereka miliki lebih dominan. 

Walaupun begitu perihal maaf ini tidak selalu diiringi dengan permasalahan yang besar, kesalahan kecil juga memerlukan kata maaf dan sikap memaafkan. 

Meminta maaf dan memaafkan merupakan dua hal yang berkaitan dan keduanya pun penting. Meminta maaf sendiri dapat diartikan sebagai kesadaraan dan rasa penyesalan dari orang yang berbuat salah, sedangkan memaafkan  merupakan sikap kita dalam melepaskan pikiran dan hati dari semua perasaan yang menyakiti hati ataupun perasaan buruk yang terjadi di masa lalu.

Berbeda dengan meminta maaf, memaafkan bisa dibilang sikap yang sulit atau bahkan mudah untuk dilakukan. Dalam diri orang-orang yang dapat memaafkan dengan mudah, tidak diketahui apakah hal tersebut dilakukan karena ia sudah benar-benar memaafkan atau ia hanya bersikap seperti itu semata-mata untuk membuat keadaan kembali membaik. 

Akan tetapi masih cukup banyak orang juga yang sulit untuk memaafkan,hal ini dikarenakan kejadian yang tidak menyenangkan atau luka yang didapatkan mungkin memberikan dampak yang sangat buruk bagi orang yang mengalaminya. 

Namun jika memaafkan ini tidak kita lakukan, yang terjadi kedepannya akan berdampak makin buruk, entah kita yang akan selalu merasakan amarah tersebut, merasa dihantui oleh kejadian yang tidak menyenangkan tersebut ataupun hubungan yang sebenernya dapat diperbaiki dan membuat kita merasa nyaman kembali menjadi hancur berkeping-keping.

Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap memaafkan

Seperti yang telah dibahas sebelumnya bahwa memaafkan dapat menjadi hal yang mudah ataupun sulit, dikarenakan sikap memaafkan dapat dipengaruhi oleh beberapa hal. Menurut McCollough, Pargament dan Thoresen (Sari, 2012; Fahnanindiya, 2017) sikap memaafkan ini dipengaruhi oleh empat fakto yaitu :

  • Variabel sosial Kognitif

Maksudnya adalah perilaku memaafkan seseorang ini dinilai berdasarkan kejadian yang menilai korban, tingkat keparahan kejadian yang menimpanya dan kemauan korban untuk menjaga jarak dengan individu yang bersangkutan. 

Selain itu, rumination about the transgression juga mempengaruh perilaku memaafkan seorang. Dimana korban akan merasakan emosi yang tidak baik ketika teringat oleh peristiwa tersebut, dengan begitu korban akan kesulitan untuk memaafkan.

  • Karakteristik Peristiwa yang Menyakitkan

Karakteristik peristiwa yang dimaksud disini adalah peristiwa-peristiwa yang berkesan atau memiliki arti penting dalam kehidupan individu. Semakin bermakna atau penti suatu moment juga akan mempengaruhi keputusan seseorang untuk memaafkan (Girard & Mullet, Ohbuchi, Kameda & Agarie; McCullogh, Pargament, & Thoresen, 2000; (Fahnanindiya, 2017). 

Salah satu contohnya adalah anak yang melihat perselingkuhan orang tuanya, peristiwa ini berpotensi memberikan luka yang dalam bagi anak. Sehingga anak akan sulit melupakan peristiwa tersebut dan juga sulit untuk memaafkan yang dilakukan oleh orang tuanya yang berselingkuh.  

  • Kualitas Hubungan Interpersonal

Perselisihan yang terjadi antara orang-orang yang memiliki hubungan akrab dapat menjadikan dua kemungkinan yang terjadi diambil oleh korban yaitu ia akan memaafkan pelaku dengan mudah atau ia akan sulit untuk memaafkan pelaku.  

Hal ini dikarenakan korban merasa sangat dekat dengan pelaku dan pada umumnya korban juga memiliki rasa kepercayaan yang tinggi terhadap pelaku. Maka dari itu ketika pelaku melakukan kesalahan, korban dapat mudah memaafkan karena hubungan dekat yang mereka miliki atau korban akan sulit memaafkan pelaku karena korban merasa kepercayaan yang telah ia beri dihancurkan begitu saja.

  • Faktor Kepribadian

Seseorang dengan rasa enpati yang tinggi akan bisa mengatur dirinya sendiri untuk memaafkan, karena empati merupakan faktor yang memfasilitasi terjadinya sikap memaafkan pada seseorang yang telah disakiti (Thoresen, 2000; Fahnanindiya, 2017). Selain itu Mauger, Saxon, hamil dan Pannel juga menyebutkan bahwa perilaku memaafkan merupakan salah satu perilaku dalam faktor agreeableness dalam the big five.   

Tahap-Tahap Memaafkan   

Untuk mempermudah kita dalam menanamkan perilaku memaafkan, kita dapat memahami apa saja tahapan yang dapat kita lakukan untuk bisa memaafkan. Enright (2001) mengatakan bahwa proses memaafkan terdiri dari 4 tahapaan yaitu:

  • Fase Pembukaan

Pada tahap pertama ini konflik mulai terasa menyakitkan dan peristiwa tersebut dapat terpikirkan oleh individu secara terus menerus.

  • Fase Pengambilan Keputusan

Pada tahap ini individu akan membuat sebuah keputusan untuk memaafkan, dengan begitu rasa sakit dan perasaan membalaskan dendam yang dimilikinya akan ia lepaskan. Ketika individu memutuskan untuk memaafkan, individu juga mulai sadar bahwa sikap memaafkan ini dapat menguntungkannya, seperti terbebas dari emosi-emosi negatif yang selama ini menyelimutinya.

  • Fase Tindakan

Dalam fase ini individu mulai membentuk pemikirannya kembali yang nantinya akan membantu untuk mengatur rasa empatu dan perasaan iba terdap pelaku. 

Dalam tahap ini juga dapat terjadi sikap korban yang memikirkan posisi pelaku, dimana pelaku mungkin merasakan rasa bersalah atau tertekan karena perbuatannya. Kemudian individu juga dapat memilih apakah ia ingin melakukan perbiuatan yang baik terhadap pelaku.

  • Fase hasil atau Pendalaman

Tahap hasil atau pendalaman ini merupakan tahapan yang terakhirdalam proses memaafkan. Hasil yang didapatkan ari tahap ini adalah perasaan lapang secara emosional, perasaan ini juga dapat meningkatkan perasaan iba terhadap orang yang melakukan kesalahan. Selain itu tahapan terakhir ini juga dapat membuat individu merasa sembuh, pulih dan merasakan energi positif lagi secara sadar.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline