Lihat ke Halaman Asli

Maaf, Masih Tentang Yogyakarta....

Diperbarui: 25 Juni 2015   02:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13439792071290612794

YOGYAKARTA ? Ah, mungkin bagi sebagian orang sudah bosan apalagi yang tinggal disekitarnya. Tetapi bagi saya tidak walau saya orang sekitar Yogya, yaitu Solo. Apalagi , sudah memasuki tahun ke 13 saya tinggal di sekitar Jakarta, 5 tahun di Tangerang dan sisanya di Bekasi.

Kerinduan saya pada kota ini tak pernah lindap. Setiap kali pulang ke Solo saya hampir bisa di pastikan mampir Yogya. Selain alasan Yogya salah satu kota Favorit saya, kakak, paman dan beberapa teman saya tinggal di kota itu. Seperti pertengahan bulan Juli kemarin saya berkesempatan ke Yogya lagi. Dengan kereta Madiun Jaya saya berangkat dari Solo bersama Mbak ipar saya (istri kakak saya). Mbak Ipar sengaja menemani saya pulang kampung- ada urusan keluarga dan sekalian beliau akan takziah sepupunya.

Walau sering ke Yogya tetapi jujur, baru pertama kali saya turun di Stasiun Tugu ( biasanya stasiun Lempuyangan atau langsung tempat tujuan). Karena tujuan pertama kami adalah daerah Sosro Wijayan maka kami memilih turun di Stasiun Tugu. Dengan berjalan kaki saja kami sampai pada destinasi pertama kami, HOTEL RAMA. Bukan berniat menginap di hotel itu, tetapi kami berniat takziah. Salah satu anak pemilik hotel tersebut (sepupu Mbak ipar saya) meninggal. Setelah melepas rindu dan mengobrol kami di servicelayaknya tamu hotel-di sediakan kamar, di antar minuman , handuk dan sabun ke kamar kami dan makan siang (asyiknyaaaa….hehe).

Setelah makan siang kami melanjutkan perjalanan dengan Trans Yogya dari selter Malioboro dan  turun di selter Wirosaban kemudian berjalan lagi ke kampung yang menurut saya masih asri yaitu Nitikan. Disitulah saya biasa menginap, di rumah Mbak saya. Betah, itulah yang saya rasakan bila sudah sampai di rumah kakak saya. Rumahnya masih di kelilingi tanah yang luas, ada beberapa pohon Rambutan,Duku, Jambu biji, Mlinjo dan pohon Bambu. Saya juga masih bisa melihat puluhan ayam berkeliaran dan malam hari masih mendengar suara tokek, tongeret dan jangkrik . Indahnyaa…sungguh menjernihkan otak dan jiwa saya. Berlebihan? Tidak, karena saya sudah cukup jenuh dengan sikon kota besar hehe…

MALIOBORO, masih menjadi tempat menarik bagi saya pecinta barang etnik dan unik. Kalau barang-barang ASEMKA ( Pasar pernak-penik di daerah Kota, Jakarta ) terus terang saya saya kurang suka hehe. Oleh karena itu, paginya langsung saya gandeng keponakan saya ke Malioboro. Dengan senang hati ABG yang baru akan masuk kuliah itu mengantar saya dengan motornya. Kami langsung menuju Mirota Batik. Di tempat itu, komplit plit menyediakan pernak-pernik unik ( asesoris, gantungan kunci, dompet,hiasan dinding,asbak dsb), kain dan baju batik, wayang, lukisan bahkan benda-benda kuno seperti ini:

Ada beberapa hal yangsangat menarik (bagi saya) di toko itu :

Pertama masukke toko, kita bisa menyaksikan seorang ibu pembatik:

13439793551937374397

Tempat menyimpan barang-barang unik itu ada yang “aneh”, yaitu tenggok , lihat saja:

1343979490976933154

Selain itu, pada sudut tertentu dan rak di pasangbeberapa kuntum bunga bahkan ada yang di tambah dupa. Wah bau dupa ini yang bikin saya rada mabok, bunga sih saya suka hehe. Menurut penjelasan seorang pegawai yang sedang sibuk memasang bunga, bunga-bunga itu bukan sesaji tetapi hanya sebagai  ciri khas toko tersebut. Lihat nih :

13439796021621802684

Ada lagi yang unik,  perhatikan tulisan di kasir ini:

13439797041412838790

Selain Malioboro....

MONGGO, adalah merk coklat yang cukup terkenal di Yogya. Pabriknya terletak di Kota Gede Pemiliknya adalah orang Belgia. Kebetulan, keponakan saya yang lulusan SMK jurusan Pastry sempat bekerja beberapa bulan di perusahaan itu. Ketika dia bercerita bahwa Monggo memiliki sebuah café di jalan Tirtodipuran, saya tertarik mengunjunginya. Memang di café itu ada toko yang menjual coklat Monggo (khusus) , cafénya terletak di sebelahnya yang dibatasi dinding kaca. Namun ternyata café itu bernama LotusMio.Ini adalah toko coklatnya:

1343979845955219185

Lucunya, ketika saya memesan Machiato, pegawai menanyakan apakah saya mengerti apa itu Machiato hehe. Tetapi saya maklum karena minuman disitu memang tidak lazim. Atau.. bisa jadi pelayan itu heran, kok saya doyan Machiato yang nota bene adalah espresso yang dibubuhi sedikit susu diatasnya. Sementara espresso sendiri adalah kopi pekat yang disediakan dalam shot (gelas kecil).

Itulah jalan-jalan saya ke Yogya pertengahan bulan lalu. Semoga, bisa kembali lagi ke Yogyakarta.

Pekayon, Juli 2012

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline