Lihat ke Halaman Asli

Lilin Angka 20 | Waktu Kamu Meniupnya

Diperbarui: 24 Juni 2015   08:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setahun yang lalu ketika dia melaksanakan acara syukuran ulang tahun yaitu ulang tahun yang ke 20. acara berlangsung khidmat walaupun dengan perayaan yang sederhana. waktu itu tak akan tarlupakan oleh memori otakku. sayangnya........

Aku ya penulis amatir catatan harian dikompasiana ini dengan kebetulan hadir dalam acara sukuran tersebut. sungguh sebuah hal yang bagiku amat membahagiakan. walau dengan menahan perasaan tidak enak karena tidak ada undangan walau dengan sebuah sms. lah emang siapa aku???, betul aku bukanlah siapa-siapanya ko mengharapkan undangan. haaa

Hal lain juga waktu itu saya belum mempunyai nomer hapenya apalagi sampai tahu tanggal lahirnya. Aku memang sebelumnya sudah cukup sering bersilaturrahmi kerumahnya semenjak tahun 2010/2011
tapi tidak pernah bercakap-cakap denganya hanya dengan orang tuanya walaupun begitu aku sudah pernah menyatakan kepada orang tuanya terkait ketertarikanku padanya.

Pada malam itu aku memang berniat bersilaturrahmi seperti biasa tapi secara kebetulan sedang berlangsung acara syukuran ulang tahunnya. bukan disengaja, karena aku sendiri blm tahu tanggal lahirnya. malam itu baju merah ia kenakan dengan bawahan celana panjang sejenis jeans berwarna hitam. doapun dilantunkan oleh ayahnya. berbagai saran kritik diberikan untuk kebaikannya. lilin dengan angka 20 pun tertiup dari bibirnya. tidak tertinggal pula berbagai jepretan kamera untuk mengabadikan momen tersebut. Karena aku bukan siapa-siapa maka tak ada sedikitpun wajahku yang terjepret kamera. haaa

Sayangnya waktu itu aku bukanlah siapa-siapanya dan setelah setahun berlalu sampai pada ultah yang ke 21 yang jatuh tepat pada hari ini, aku masih bukan siapa-siapanya. Tuhan, Kalau memang dia baik untukku dan ibuku dan aku baik untuknya dan orang tuanya maka dekatkanlah kami. namun jika sebaliknya pertemukanlah kami dengan pasangan kami masing-masing yang baik menurutMU.

Bukankah seindah-indahnya putusan adalah takdirMU.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline