Lihat ke Halaman Asli

amabel odelia br ginting

Mahasiswa Kedokteran Universitas Airlangga

Demam Berdarah Dengue Pada Anak

Diperbarui: 26 Desember 2024   22:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Demam berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang sering menyerang anak-anak terutama di daerah tropis, seperti Indonesia. Di Indonesia, kasus DBD mengalami peningkatan, berdasarkan data KEMENKES pada tahun 2021, terdapat 73.518 kasus dan 705 kematian. Sedangkan pada tahun 2022, didapatkan 131.265 kasus dan 1.183 kematian. Sementara itu, 62% kematian pada tahun 2022 terjadi pada anak-anak berusia 0-14 tahun. Berangkat dari kenyataab yang ada, sangat perlu untuk mengetahui gejala demam berdarah Dengue (DBD) dan penanganan yang tepay agar tidak terjadi peningkatan kematian pada penderita DBD. 

DBD disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes  albopictus di daerah tropis, terutama pada musim hujan. Virus dengue memiliki 4 serotipe, yaitu DENV-1, DENV-2. DENV-3, dan DENV-4. Seseorang yang sembuh dari satu serotipe akan kebal terhadap serotipe tersebut, teapi memiliki resiko gejala infeksi yang lebih berat apabila terinfeksi jenis serotipe yang lain, yang kita sebut dengan secondary hetelogous infection.

Salah satu gejala yang dapat dialami pada anak dengan DBD alah demam tinggi selama 3-7 hari. Beberapa gejala yang dapat dialami oleh penderita DBD antara lain :

  • Demam tinggi 38-40 derajat selama 3-7 hari
  • Nyeri kepala 
  • nyeri oto dan sendi
  • mual dan muntah
  • ruam kulit kemerahan
  • tanda pendarahan
  • mimisan
  • gusi atau hidung berdarah
  • pendarahan

Pada kasus yang parah dapat terjadi syok dan pendarahan hebat sehingga dapat menyebabkan kematian.

Penanganan DBD pada anak meliputi

  • Pemberian cairan untuk mencegah dehidrasi yaitu dengan pemberian minu, atau pemberian cairan intravena
  • pantau suhu tubuh anak secara teratur
  • segera bawa anak ke rumah sakit bila didapatkan tanda dehidrasi seerti lemas, mata cowonng, pendarahan, produksi urin menurun, dan demam tinggi

Pada anak yang mengalami komplikasi DBD harus diberikan penanganan yang cepat dan tepat untuk mencegah kematian pada anak. Penanganan dapat berupa pemberian cairan untuk mencegah syok atau dehidrasi, transfusi darah bila didapatkan penurunan trombosit yang menimbulkan pendarahan hebat dan dilakukan monitoring yang ketat untuk mencegah komplikasi lanjut pada anak dengan DBD. 

Pencegahan DBD pada anak dapat dilakukan dengan beberapa cara, diantaranya menerapkan prinsip 3M yaitu menguras dan munutup tempat penampungan air, mengubur barang bekas, dan menaburkan bubuk larvasida.

Dari pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa DBD merupakan suatu penyakit serius pada anak yang memerlukan perhatian khusus, terutama pada daerah endemis, serta perlu dilakukan pencegahan yang konsisten untuk menurunkan resiko penularan dan angka kematian DBD pada anak.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline