Sedari pagi yang hening,hingga terik menikam genit. Derap berarak-arakan menyusuri lorong-lorong kelas, mengantongi asa anak-anak bangsa
Mengisi bathin-bathin dengan kalam
Mengajar hingga peluh tanpa keluh,
Mendidik hingga kalut tanpa takut
Melatih hingga tertatih tanpa Letih
Waktu, tenaga dan pikiran terdedikasi penuh kasih
Kadang sumpah serapah menampar wajah
Kadang rasa malu mendiami kepala
Kala erangan didikan disangka cacian
ikhtiar memanusiakan manusia, terzolimi kebijakan yang tidak bijak
Slogan-slogan perlindungan Guru sebatas narasi
menjadi adigium klasik yang meramaikan rumah telinga, dipajang di media-media dan layar-layar kaca sebagai ruang tamu para pejabat melanggengkan hegomoni
Peserta didik dicumbu dengan cubitan Guru diklaim mendidik tak pakai hati
Peserta didik cerdas dan berhasil mendulang masa depan Guru diapresiasi tanpa hati
Stigma modern inilah yang menumpuk diruang- ruang kepala masyrakat modern
Regulasi yang tak ada ruang kasih menjadi sebuah kredo yang menakutkan
Mematikan dan memasung romantika ruang kelas
engkau Guru, pemilik kasih paling paripurna
engkau Guru, pemilik adorasi paling kasih
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H