Lihat ke Halaman Asli

Alyya Alivah

Mahasiswi program studi Komunikasi, Sekolah Vokasi IPB

Harga Kedelai Masih Terus Melonjak, Produsen Tempe Terkena Imbasnya

Diperbarui: 5 Maret 2022   09:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Stok kedelai pabrik tempe Ibu Cuci, dok. pribadi

Di pabrik tempe Ibu Cuci, Malabar, Kota BogorFenomena langkanya kedelai membuat para perajin tahu dan tempe di Pulau Jawa melakukan aksi mogok produksi selama tiga hari, Senin (21/2/2022) hingga Rabu (23/2/2022). Akibatnya, sejumlah konsumen mulai mengeluhkan tahu dan tempe yang menghilang dari sejumlah pasar akibat aksi mogok produksi tersebut. Langkanya keberadaan kedelai menjadikan harga tahu dan tempe di pasaran melambung tinggi.

Aksi mogok produksi bagi pabrik tahu dan tempe digagas oleh Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia (KOPTI) yang berpusat di Jakarta. Rencana mogok produksi tahu tempe ini direncanakan oleh KOPTI dan para produsen tempe dengan tujuan agar konsumen tahu tempe mengetahui bahwa kelangkaan dan kenaikan harga tahu tempe disebabkan naiknya harga kedelai. Seluruh pabrik tahu dan tempe menerima selebaran yang berisi perintah untuk ikut serta dalam aksi tersebut. Pengurus KOPTI bahkan melakukan sweeping di setiap wilayah. Bagi pabrik tahu dan tempe yang ketahuan tetap melakukan produksi, maka akan diminta untuk berhenti dan tidak melanjutkan proses produksi tersebut.

Aksi mogok produksi juga dialami oleh salah satu pabrik tempe di daerah Malabar, Kota Bogor. Ibu Cuci, sang pemilik pabrik tempe membenarkan adanya aksi tersebut.

"Iya benar (aksi mogok produksi tersebut), kemarin sempet dapet selebaran dari KOPTI buat mogok produksi selama tiga hari, dari Senin sampai Rabu," ujar Ibu Cuci saat dijumpai di pabrik tempe miliknya, di Malabar, Minggu (27/2/2022).

Ibu Cuci mengatakan, awalnya hanya perajin tahu dan tempe di Jabodetabek dan Jawa Barat yang akan melakukan aksi mogok produksi. Hingga akhirnya, secara sukarela perajin di Banten, Jawa Tengah, hingga Jawa Timur menyatakan ikut aksi mogok tersebut.

Ibu Cuci dan para pemilik pabrik tempe lainnya masih belum mengetahui persis apa yang menjadikan harga kedelai mendadak naik drastis. Mereka hanya mengikuti harga yang telah ditetapkan oleh importir kedelai.

"Saya juga nggak tau (naiknya harga kedelai) gara-gara apa, karena kedelai kan kita impor, jadi kalo harga naik yaudah ikutin aja harga dari produsen kedelainya," kata Ibu Cuci.

Sejak bulan Februari, harga kedelai terus mengalami kenaikan yang cukup signifikan. Hal ini disampaikan oleh Ibu Cuci yang mengaku kenaikan harga kedelai mencapai 30%. Kenaikan harga tersebut bahkan masih terus berlanjut hingga sekarang. Sebelum adanya lonjakan, harga kedelai berkisar Rp9.000,00/kg, sedangkan saat ini harga kedelai bisa mencapai Rp12.000.00/kg dan masih terus mengalami kenaikan. Oleh karena itu, para produsen tempe menuntut pemerintah untuk menstabilkan harga kedelai di pasaran. Apabila tuntutan ini terpenuhi, maka produksi tahu dan tempe akan kembali dilanjutkan.

Pabrik tempe yang dikelola oleh Ibu Cuci dan suami setidaknya memesan satu ton kedelai dalam sekali pembelian. Satu ton kedelai tersebut biasanya habis dalam dua belas hari kerja proses pembuatan tempe. Jadi, kenaikan harga kedelai sangat terasa kenaikannya saat melalukan pembelian, terutama dalam sebulan terakhir.

"Kadang (harga kedelai) Rp12.100,00 (per kilo), kadang Rp12.200,00 (per kilo). Kemarin terakhir pesen masih Rp11.100,00 (per kilo), sekarang bisa-bisa Rp11.400,00 (per kilo). Pasti nanti pas mesen lagi udah Rp12.000,00 (per kilo)," kata Ibu Cuci.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline