Lihat ke Halaman Asli

Alyssa Nurwahidah

Mahasiswa Program Studi Pendidikan Masyarakat Angkatan 2019 Universitas Pendidikan Indonesia (UPI)

Edukasi Dampak Penyakit PMK pada Ternak Sapi Kampung Cikoneng bersama Kelompok 100 KKN-T UPI 2022

Diperbarui: 5 Agustus 2022   23:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokpri

KABUPATEN BANDUNG - Kelompok 100 KKN-T UPI yang memiliki tema Desa Tanpa Kemiskinan ini telah menyelenggarakan salah satu program kerjanya dengan Desa Cibiru Wetan pada Kampung Cikoneng RW 01. Pengedukasian ini selain memiliki pokok intisari pembahasan terhadap penyakit PMK atau Penyakit Mulut dan Kaki pada banyak peternak sapi juga membahas mengenai penanganan pascapanen komoditas hasil pertanian kopi Kampung Cikoneng pada Minggu (24/07/22) waktu setempat. 

Data Organisasi Kesehatan Hewan Dunia (OIE) menunjukkan bahwa PMK pertama kali dicurigai di peternakan halaman belakang pada sapi potong dan sapi perah di 2 provinsi:

  • Pada 12 April di Provinsi Jawar Timur dengan 4 kabupaten yang terkena dampak: Mojokerto, Sidoarjo, Gresik, Lamongan (1.641 hewan terinfeksi).
  • Pada tanggal 22 April di Provinsi Aceh (1.855 hewan terinfeksi).

Di kedua provinsi tersebut, Penyakit Mulut dan Kuku dikonfirmasi oleh OIE pada 6 Mei. OIE melaporkan bahwa di provinsi-provinsi, tanda-tanda klinis yang pertama kali diamati oleh petugas lapangan adalah nafsu makan menurun, hipersalivasi, kepincangan dan demam.

Pemasukan hewan hidup secara ilegal diduga sebagai sumber utama penularan. Sampel telah dikirim ke laboratorium referensi OIE untuk menentukan jenis virus untuk penggunaan vaksin yang efektif.

Para peternak menuturkan bahwa kebanyakan dari hewan - hewan ternak mereka tidak terlihat sakit kemudian mati secara tiba - tiba tanpa ciri - ciri atau munculnya hal yang aneh membuat mereka menjadi khawatir karena kesulitannya dalam mengetahui bagaimana jika sapi mereka sakit. Indonesia sendiri saat ini berada dalam cengkeraman wabah besar pertama penyakit mulut dan kuku (PMK) dalam hampir 40 tahun. Negara Asia Tenggara ini berhasil memberantas virus di balik penyakit ini pada tahun 1986 dan dinyatakan bebas PMK oleh Organisasi Kesehatan Hewan Dunia pada tahun 1990. Penyakit ini menyerang hewan berkuku seperti sapi, domba, kambing, babi, dan rusa, serta sangat menular. Sejak Mei, lebih dari 300.000 kasus telah dicatat di 21 provinsi, mendorong pemerintah Indonesia untuk meluncurkan program vaksin yang bertujuan untuk menginokulasi ternak yang sehat terhadap penyakit tersebut. "Ini adalah penyakit yang paling ditakuti di dunia untuk industri peternakan,” menurut Deddy Kurniawan, Ketua Gabungan Dokter Hewan Indonesia Jawa Timur II.
Rifki seorang mahasiswa Fakultas Ilmu Peternakan UNPAD selaku pemateri pada saat acara sosialisasi dampak virus PMK pada peternakan sapi perah di Kampung Cikoneng ini pun mengatakan, salah satu penyebab virus ini begitu ganas adalah penyebarannya yang cepat, menimbulkan gejala dalam dua hingga empat hari setelah terinfeksi, dan dapat dengan mudah ditularkan melalui air liur, droplet, feses, serta susu dan produk daging.

dokpri

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline