Lihat ke Halaman Asli

Alyssa Diandra

Dokter Umum

Mari Mengenal Stigma

Diperbarui: 11 Januari 2024   15:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi (tuaindeed via KOMPAS.com)

Pernahkah mendengar orang terdekat atau diri sendiri merasa takut membagikan masalah kesehatan mental yang dialami? Alasannya bermacam-macam seperti takut akan dihakimi, tidak dipercaya dalam melakukan pekerjaan, dijauhi dari kelompok sosialnya, serta dianggap aneh atau gila.

Meskipun saat ini kesadaran akan masalah kesehatan mental terus meningkat berkat kemudahan informasi dari internet, stigma tetap menjadi penyebab utama orang enggan mencari pertolongan.

Stigma ini tidak hanya berdampak pada kesempatan mendapatkan pertolongan yang dibutuhkan, namun pada aspek lainnya seperti sosial dan ekonomi.

Menurut Erving Goffman, stigma merupakan karakteristik yang membuat seseorang diremehkan, dianggap memalukan atau didiskreditkan. Stigma merupakan suatu pelabelan negatif. Stigma seringkali hadir dari ketakutan dan ketidaktahuan. Informasi dan penggambaran yang keliru tanpa sumber informasi yang akurat berperan dalam kesuburan stigma.

Jenis stigma 

Berbagai jenis stigma dan masing-masing memberikan dampak kurang baik terhadap perjalanan penyakit orang dengan gangguan jiwa. Berbagai jenis stigma tersebut yakni  

Stigma terhadap diri sendiri

Penolakan oleh sekitar, dianggap berbeda, diskriminasi membuat mereka merasa malu, terisolasi serta rendah diri. Perasaan malu, terisolasi, rendah diri ini akan memperburuk kondisi mental, gejala serta dapat meningkatkan risiko terjadinya bunuh diri.

Stigma oleh publik

Gambaran publik akan risiko bahaya dan kekerasan jika berinteraksi dengan orang dengan gangguan jiwa menyebabkan semakin dikucilkannya kelompok ini. Tak jarang didengar mereka dipasung, diikat dan dipukul oleh masyarakat sekitarnya. Ketakutan masyarakat memang beralasan. Gangguan jiwa dengan perilaku yang kacau, waham, atau halusinasi tertentu dapat meningkatkan risiko perilaku agresif ataupun kekerasan. Namun, risiko ini hanya meningkat pada gangguan yang tidak terkontrol atau tidak ditangani dengan tepat. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline