Lihat ke Halaman Asli

Aly Reza

Hanya Bisa Menulis

Cerpen: Golok dan Si Burung

Diperbarui: 23 Agustus 2020   16:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber ilustrasi: Pexels.com

Catur selalu merasa tercabik-cabik batinnya tiap kali melihat Windi, istrinya, menimang seorang bayi. Entah bayi saudara yang kebetulan bertandang, kadang juga bayi-bayi tetangga yang dia bawa ke rumah hampir seharian.

Windi akan dengan sangat telaten mengurus bayi-bayi "pinjaman" itu. Tapi Catur selalu merasa terluka tiap menyaksikannya. Pemandangan yang membuat rasa bersalahnya terhadap Windi kian menjadi-jadi.

Dan tidak jarang, ketika Catur sudah berada pada tapal batas keteguhannya, kepada istrinya yang berpipi gembul itu dia berujar setengah putus asa, "Sudah ku bilang, harusnya kita jangan pernah menikah."

Tapi dengan tegas dan penuh kasih Windi menimpali, "Aku sudah sangat bahagia, Mas." Jawaban yang, bagi Catur, jelas-jelas adalah pisau bermata dua. Satu sisi menghujam dalam batinnya, terkoyak, dan menanggung perih sepanjang waktu. Sementara sisi lain, dia yakin, sudah benar-benar membuat hati istrinya tersayat-sayat.

Catur tahu belaka, bahwa ketegaran dan senyum keceriaan yang ditampakkan Windi selama ini, tidak lebih hanyalah kamuflase untuk menyamarkan gurat wajah penuh ratap. Catur tahu belaka, bahwa dari dalam lubuk hati Windi yang paling dalam, ada lolongan kepedihan yang susah payah dia sembunyikan.

Hanya untuk menjaga perasaan Catur. Hanya agar dia tidak pernah tersinggung dengan kenyataan yang begini suram.

"Kita sudah tiga tahun menikah, Win," lirih suara Catur suatu malam, ketika keduanya tengah saling tindih di balik kamar. "Apakah kamu tidak ingin menyerah saja?"


"Bicaramu selalu soal itu-itu saja, Mas," protes Windi. "Seperti tidak ada topik lain yang bisa diobrolin."

"Tiga tahun yang sia-sia. Pun jika kita teruskan, kamu hanya akan makin menderita." Catur merebahkan tubuhnya di samping Windi, sambil menatap kosong langit-langit kamar yang dipenuhi sawang.

"Kamu tidak akan pernah punya anak dariku, Win."

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline