Lihat ke Halaman Asli

Aly Reza

Hanya Bisa Menulis

Perlunya Meletakkan Gadget demi Memerhatikan Lawan Bicara

Diperbarui: 18 Februari 2020   20:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi pasangan tertawa. (DragonImages)

Dari kacamata saya, setidaknya ada dua generasi dengan angka pertumbuhan cukup tinggi mengiringi kemajuan peradaban umat manusia hari ini. Secara kasuistis tentu yang saya amati di Indonesia. 

Hidup di peradaban serba digital memungkinkan seseorang untuk melakukan banyak hal dengan lebih mudah dan instan dengan tanpa harus mengorbankan banyak waktu dan mengeluarkan tenaga secara jur-juran. 

Lihat saja, saat lapar, anda hanya perlu membuka ponsel pintar anda, memilih kategori makanan yang anda kehendaki, lalu  menekan pilihan "order" untuk memesan makanan tersebut. 

Dalam hitungan menit seorang penjual jasa akan datang mengetuk pintu rumah anda dengan menenteng makanan yang sudah anda pesan. Tanpa adanya penyedia jasa online tersebut, kemungkinannya tentua dua: masak sendiri atau terpaksa ke warung-warung terdekat.

Untuk melakukan satu dari dua hal tersebut, berarti ada waktu dan tenaga yang terpaksa dipertaruhkan. Bayangkan, betapa dimanjanya kita saat ini.

Pemanjaan demi pemanjaan yang pada akhirnya melahirkan suatu generasi baru yang dengan bangga diperkenalkan sebagai "generasi (kaum) rebahan". Itu pertama. 

Yang kedua, mengingat segala kebutuhan hidup bisa dengan mudah diakses melalui mesin digital bernama gadget (anytime and anywhere) maka gadget menjadi benda wajib yang musti dibawa ke manapun tuannya pergi. 

Benda yang satu ini nggak boleh ketinggalan, nggak boleh jauh-jauh. Hal lain kenapa gadget harus selalu dibawa adalah karena dari sanalah seseorang memperoleh hiburan. 

Termasuk yang sedang digandrungi oleh kawula muda yaitu, game-game action berbasis online, Mobile Legend misalnya.

Sekali ada yang berujar, "mabar skuy", maka bisa dipastikan satu regu mereka bakal memiringkan gadgetnya masing-masing, lantas menganggap yang berada di sekitarnya saat itu hanyalah fana belaka. Generasi ini mari kita sepakati, kita beri sebutan "generasi (kaum) ha-pe miring".

Dibanding generasi yang pertama (generasi rebahan) saya cenderung sinis dengan generasi ha-pe miring ini. Kalau generasi rebahan, hampir tidak mungkin merugikan orang lain. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline