Lihat ke Halaman Asli

Cuit Anas Gugat Posisi Politik SBY

Diperbarui: 24 Juni 2015   02:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Mantan Ketua Umum DPP Partai Demokrat Anas Urbaningrum terlihat cukup  kreatif dan produktif dalam mengeluarkan berbagai isu politik yang seksi dan aktual dihadapan publik. Setelah  mendekam di Rutan KPK, ternyata tidak lantas membuat Ketua Presidium PPI ini  diam dan menghindar dari hiruk pikuk pertarungan isu politik, Anas tetap tegak tampil dan bahkan  ikut mendominasi wacana politik yang bergerak di tahun Pemilu ini.

Berbagai pernyataan politik Anas, baik secara langsung maupun melalui berbagai kicauannya di akun Twitter yang katanya  dikelola oleh orang lain (Admin)  karena dirinya tidak diperbolehkan mempergunakan perangkat gadget di dalam Rutan. Isu dan materi cuit Anas adalah hasil tulisan tangan yang dititipkan kepada Istri,  anggota keluarga dan para loyalisnya saat membesuk di Rutan yang kemudian diserahkan kepada pengelola akun twitternya.

Setelah Anas ditahan KPK, berbagai pernyataannya semakin lugas, keras dan fokus diarahkan kepada SBY dan keluarganya. Materi berbagai pernyataan Anas secara umum terlihat  berusaha mendesakralisasi dan sekaligus membuka mata publik bahwa SBY dan keluarganya bukanlah  sosok  sempurna dan suci seperti Malaikat  yang tidak memiliki kesalahan, kelemahan  sehingga  tidak boleh disentuh dan dikritik.

Melalui berbagai pernyataannya, Anas sangat tampak   mengajak atau terus menarik demi menjadikan SBY sebagai lawan politik utamanya dengan  melakukan pertarungan politik secara terbuka dihadapan publik. Dalam konteks inilah,  Anas berusaha menurunkan kelas politik SBY sebagai seorang negarawan dengan  sekedar menjadi politisi (penguasa) semata karena sangat sibuk mengurusi persoalan-persoalan pragmatis dan bersifat sektoral belaka, terutama kekacauan di tubuh Parpol yang dipimpinnya.

Pernyataan Anas yang secara gamblang menyebutkan bahwa posisi Cikeas lebih dekat Ke Hambalang dibanding dengan Duren Sawit adalah sindiran (pasemon) politik yang sangat syarat arti. Sindiran politik demikian  tampaknya ingin membuka mata publik bahwa antara Cikeas dan Hambalang tetap ada korelasinya   sehingga  tidak bisa dihilangkan dari peta persoalan begitu saja.

Bagi Anas sosok SBY kini terlihat kurang  istimewa dan tidak sakral lagi sehingga dirinya lebih berani dan leluasa untuk melakukan kritik, serangan dan sekaligus gugatan terhadap Ketua Umum Partai Demokrat ini.  Sebagai buktinya kini Anas mulai bersuara keras dengan 'menggugat' nalar publik yang dikorelasikan dengan posisi politik SBY, utamanya sebagai Ketua Umum Partai Demokrat.

Lembaran buku Anas kini sudah samapi pada keberanian  'menggugat' posisi politik SBY melalui akun Twitternya: "jika konsisten dg (dengan) yg (yang) dulu, soal anjloknya elektabilitas, sekarang saatnya PD kembali diselamatkan #beraniadil*abah, kata @anasurbaningrum. Cuit gugatan posisi politik SBY ini langsung dialamatkan kepada publik, utamanya kepada keluarga besar PD dan Ketua Umumnya, SBY.

Melaui cuitnya,  Anas ingin menagih bukti kepada SBY yang ingin menyelamatkan partai  sehingga mau tampil menjadi Ketua Umum karena faktanya elektabilitas PD kini semakin merosot tajam  hingga sekitar 7,2 % berdasarkan survei Litbang Kompas yang terakhir.  Upaya  menggugat  posisi SBY cukup beralasan karena sebagai Ketua Umum,  dirinya pernah menjanjikan bahwa elektabilitas PD  akan kembali naik di akhir tahun 2013 hingga sebesar 15 %.

Janji politik itu kini  sangat jauh dari panggang dan hanya menjadi angin surga belaka karena sampai akhir tahun 2013 justru elektabilitas PD semakin terpuruk. Menurut Anas keterpurukan ini  lebih dipicu oleh sikap masyarakat yang semakin tidak puas dengan kinerja pemerintah Presiden SBY yang tinggal beberapa bulan lagi.

Karena itu kini Anas berusaha menagih janji dan menggugat posisi politik SBY sebagai Ketua Umum Partai Demokrat yang layak  ditinjau ulang demi menyelamatkan partai pemenang Pemilu dengan segera menggelar KLB untuk mengganti sang Ketua Umum yang telah gagal memenuhi janjinya  menaikkan elektabilitas PD. Gugatan Anas ini cukup adil dan beralasan karena salah satu alasan pokok digelarnya KLB untuk mengganti dirinya dengan memilih SBY sebagai  Ketua Umum Partai Demokrat  adalah demi menyelamatkan  elektabilitas  parpol ini yang terus merosot.

Gugatan Anas demikian langsung menyodok  kepada SBY karena hingga saat ini buktinya elektabilitas Partai Demokrat tidak kunjung beranjak naik secara signifikan. Karena itu tampilnya SBY sebagai Ketua Umum sesungguhnya sudah tidak istimewa dan kurang dibutuhkan lagi sehingga jika konsisten dan tahu diri mestinya segera mundur untuk kemudian mencari Ketua Umum baru yang lebih kredibel dan menjanjikan bagi penyelamatan  elektabilitas PD.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline