Sejumlah para ahli mengemukakan bahwa literasi diartikan sebagai kemampuan seseorang dalam mengolah dan memahami informasi saat melakukan proses membaca dan menulis. Seiring perkembangan era, definisi literasi berevolusi seusai tantangan zaman.
Beragam variasi ungkapan mengenai literasi, seperti literasi media, letirasi komputer, literasi sains, literasi sekolah, dan sebagainya. Istilah literasi diambil dari bahasa Indonesia yang merupakan bahasa serapan dari bahasa Inggris literacy yang berasal dari bahasa latin yakni "literatur" yang dimana artinya adalah orang yang belajar. Dalam hal ini, literasi sangat berhubungan dengan proses membaca dan menulis.
Realita mengenai tingkat literasi hingga kini kian menyulitkan dan memprihatinkan. Tingkat minat baca masyarakat di Indonesia terbilang cukup rendah. Berdasarkan data United Nations Educational, Scientific and Cultural Organizatoin (UNESCO) pada tahun 2022, Indonesia menduduki peringkat ke-62 dari 70 negara di dunia.dilansir dari sindonews.com. UNESCO juga menyebutkan bahwa literasi di Indonesia hanya 0,0001 persen. Artinya dari 1000 orang Indonesia hanya 1 orang yang peduli akan literasi.
Indonesia mengalami sedikit peningkatan dibandingkan pada tahun 2016 yang menduduki peringkat ke-60 dari 61 negara. Ini didasarkan pada PISA Worlwide Ranking. Adapun permasalahan yang menjadi pengaruh rendahnya tingkat literasi yang terjadi di Indonesia disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor pertama, belum adanya kebiasaan membaca sejak dini. Kedua, fasilitas pendidikan yang masih minim. Dan faktor ketiga adalah karena kurangnya produksi buku di Indonesia.
Bicara mengenai literasi, disamping itu kehidupan masyarakat menjadi pengaruh yang sangat besar. Khusunya di Indonesi ini cukup unik. Unik dikarenakan eksistensi masyarat Indonesia menjadi juara satu dalam bersosial media. Sedangkan, mengenai budaya literasi masih dalam urutan bawah. Tentu keadaan ini membuat prihatin dan merasa bingung dan akan menimbulkan pertanyaan:"Bagaimana cara mengatasi persoalan literasi masyarakat ini? Bagaimana cara memulai menanamkan pentingnya budaya literasi ini bagi masyarakatnya?".
Rendahnya budaya literasi sangat memprihatinkan. Tidak akan ada negara yang bisa bersaing didunia ini apabila tidak dukung oleh budaya literasi yang berkualitas. Dilansir dari gurusiana.id, adapun beberapa dampak yang timbul akibat rendahnya budaya literasi pada masyarakat antara lain:
1. Berkurangnya sikap bijak dalam menyikapi informasi sehingga akan sulit menyeleksi suatu informasi benar atau tidaknya.
2. Tingginya angka kriminalitas sehingga norma dan nilai kehidupan diabaikan
3.Merebaknya kebodohan dimana-mana sehingga sangat sulit bagi masyarakat untuk sadar dan paham tentang suatu peradaban
4. Meluasnya kemiskinan menjadi penyebab rendahnya kompetensi dan akses ekonomi
5. Rendahnya produktivitas kerja juga mengakibatkan rendahnya ilmu pengetahuan yang akan gagal mengubah kreativitas yang produktif
6. Tingginya angka putus sekolah yang disebabkan rendahnya budaya literasi sehingga menjadikan masyarakat kurang akan kesadaran pendidikan.
Tidak semua penduduk Indonesia bisa berkesempatan mengenyam bangku pendidikan. Di tahun 2021 lalu, Kementrian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) melaporkan hasil survei menyebutkan bahwa terdapat 75.303 anak putus sekolah dengan capaian tertinggi yakni tingkatan sekolah dasar (SD) yakni mencapai 38.761 (KEMENDIKBUD, 2021). Mengindikasikan bahwa kesempatan untuk belajar dan menumbuhkan minat membaca juga berkurang. Hal ini berpotensi meningkatkan presentase masyarakat buta huruf dan literasi berkurang.
Ditengah krisis literasi tersebut, perpustakaan hadir sebagai fasilitator dalam meningkatkan literasi masyarakat sehingga perpustakaan sangat dibutuhkan oleh masyarakat.
Dikatakan sebelumnya bahwa perpustakaan memegang posisi strategis dalam meningkatkan literasi masyarakat. Adapun peran perpustakaan secara umum.
1. Tempat mencari berbagai informasi dalam berbagai bidang ilmu
2. Mengasah kemampuan berpikir dan berkomunikasi, berpikir analitis serta mengkritisi berbagai wacana dari masalah sudut pandang yang berbedaberbeda-beda.
3. Sebagai Agen of Change dalam kehidupan
4. Penghubung masa lalu, masa kini, dan masa depan.
Beberapa hal penting mengenai perpustakaan dalam meningkatkan kualitas masyarakat. Apalagi masyarakat zaman sekarang lebih memiliki kemampuan otak terbiasa kritis dalam menghadapi masalah lebih bijak sehingga diharapkan lebih aplikatif daripada berkomentar yang tidak mengedukatif.
Oleh karena itu peran perpustakaan sangat dibutuhkan guna menunjang masyarakat yang berkualitas. Bukan hanya sebagai tempat bagi orang-orang yang berpendidikan, namun juga bagi orang-orang yang memiliki kemauan dan niat untuk menjadikan dirinya lebih berkemajuan.