Lihat ke Halaman Asli

alyazulfaanindita

universitas airlangga

Apa Kata Literasi: Mata Bisa Melihat Namun Tidak Bisa Membaca?

Diperbarui: 25 Desember 2024   07:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tangkapan layar instagram @lambe_turah

Pada saat kita masih kecil, hal yang pertama dilakukan oleh orang tua adalah mengajari kita untuk berjalan dan berbicara. Lalu, semakin bertumbuhnya kita, orang tua mulai mengajari cara membaca dan menulis.  Kita tidak hanya diminta untuk membaca saja, tetapi kita juga harus memahami isi dari bacaan tersebut. itulah yang sering kita sebut sebagai literasi. Literasi adalah kemampuan seseorang dalam membaca, menulis, dan memahami sebuah teks. namun, seiring berkembangnya zaman, literasi memiliki definisi yang sangat luas dan terbagi dalam banyak bidang. Literasi juga mencakup hal dalam memahami, mengembangkan, dan mengolah teks secara informatif dan kritis. Namun sayangnya, generasi muda Indonesia saat ini sedang memiliki krisis literasi.

berdasarkan PISA (Programme for International Student Assessment) tahun 2022, Indonesia berada pada peringkat 70 dari 80 negara dalam kategori literasi membaca. bisa di artikan bahwa Indonesia menempati urutan 10 negara dengan tingkat literasi paling rendah. Menurut data UNESCO, tingkat minat membaca Indonesia hanya 0,001% yang artinya, dari 1000 penduduk Indonesia, hanya 1 orang yang memiliki minat dalam membaca.

Kondisi Indonesia yang memprihatinkan saat ini tentunya didasari oleh faktor-faktor internal maupun eksternal. Seperti yang kita ketahui, di era sekarang ini, inovasi dan teknologi canggih seperti smartphone mulai merasuki kalangan muda. Bahkan, anak balita berumur 3 tahun ke atas sudah dapat memainkan iPad. Hal ini bertujuan agar anak mereka tidak rewel dan diam. Tetapi, justru jika hal ini terus dibiasakan, anak-anak akan kekurangan minat pada hal-hal lain seperti menjelajahi sesuatu, mengasah kemampuan motorik pada anak, dan kemampuan mengenal huruf dengan tepat.

Dikutip dari Kompas.com (2/8/2024) pada tahun 2023 lalu, sebuah akun instagram @lambe_turah memposting sebuah video berisikan 29 siswa SMP  yang tidak bisa membaca maupun mengeja. Dalam video tersebut, banyak respons netizen berupa kritikan, protes, dan prihatin atas video tersebut. Selain itu, platform TikTok yang mulai merasuki otak dan penglihatan di kalangan remaja juga membuat mereka mulai kehilangan minat dalam membaca. Mereka lebih memilih melihat informasi dengan video berdurasi pendek yang tidak memiliki sumber jelas daripada mencari informasi melalui berita atau jurnal yang sudah jelas terbukti informasinya.

Lalu, bagaimana cara mengatasi hal tersebut?

Perlu di sadari dengan jelas bahwa peran keluarga dan guru sangat penting dalam membimbing anak terutama dalam bidang literasi. Keluarga sebagai jembatan pertama kita dalam mengetahui segala pengetahuan yang ada. Tentulah orang tua menjadi guru pertama bagi anak dalam literasi. Orang tua harus sadar betapa pentingnya pengajaran anak dalam membaca dan memahami bacaan yang ada dikarenakan membaca adalah jendela bagi anak untuk mengetahui berbagai ilmu yang ada. Di era sekarang yang penuh dengan teknologi seperti hp, iPad, dan laptop akan lebih baik jika mereka memanfaatkan gadget mereka untuk mengedukasi anak mereka lewat bacaan online daripada meninggalkan anak mereka dengan video ataupun game.

Peran guru juga sangat penting dalam mengembangkan kemampuan anak dalam memahami bacaan. Guru bisa memikirkan cara efisien dalam meningkatkan kemampuan baca anak, seperti beda buku sekali dalam seminggu atau kunjungan ke perpustakaan setiap minggu agar siswa dapat meningkatkan minat baca dan mengembangkan pemahaman mereka dalam teks bacaan.

Selain keluarga dan guru, adanya dorongan pemerintah dalam peningkatan minat baca penduduk sangat diperlukan. Berdasarkan KEMENKO PMK tahun 2022, pemerintah sedang menjalankan tiga program dalam peningkatan literasi penduduk Indonesia. Pertama, Program Literasi Keluarga yaitu penyiapan konten literasi keluarga dan penyusunan panduan literasi di keluarga seperti membacakan buku mendongeng, dan lainnya. Kedua, Program Literasi Satuan Pendidikan yaitu penyusunan panduan literasi dalam pembelajaran untuk mengembangkan pengetahuan dan kemampuan berpikir kritis peserta didik. Ketiga, Program Literasi Masyarakat merupakan peningkatan akses dan konten literasi masyarakat melalui peningkatan layanan perpustakaan secara nasional. Meski pemerintah sudah berupaya dalam menjalankan program ini, tentulah kita sebagai masyarakat Indonesia harus berinisiatif dalam berkontribusi menjalankan program ini agar membuahkan hasil yang baik.

Dari pembahasan di atas, dapat kita ketahui bahwa penyebab literasi Indonesia rendah bukan hanya dari kecanggihan teknologi saat ini, tetapi juga dari peran-peran yang kurang bertanggung jawab dalam mengedukasi dan mengarahkan anak-anak dalam pentingnya membaca dan memahami isi sebuah bacaan. Bukan hanya keluarga, guru, atau pemerintah saja yang bergerak tetapi dari diri kita sendiri sebagai generasi muda juga harus belajar meningkatkan minat baca kita agar berdampak baik bagi diri sendiri dan juga kemajuan negeri ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline