Kepadatan penduduk yang terus meningkat akan mempengaruhi kualitas lingkungan dan berdampak pada rusaknya lingkungan, seperti pencemaran lingkungan dengan menghasilkan limbah di tengah kepadatan penduduk. Kerusakan lingkungan juga diakibatkan oleh tuntutan hidup manusia dan pola hidup mereka.
Kehidupan saat ini memiliki pola untuk hidup dengan serba praktis dan cepat dengan kurangnya pemahaman terhadap dampak yang ditimbulkan. Seperti adanya produk-produk yang dibutuhkan manusia dengan kemasan plastik, barang sekali pakai, kantong plastik dan masih banyak lagi.
Sampah yang berasal dari bahan plastik tersebut dapat mencemari lingkungan di sekitar masyarakat, salah satunya mencemari sungai di Indonesia. Pencemaran pada sungai dengan meningkatnya jumlah sampah plastik akan memengaruhi pada kualitas air sungai. Salah satu sungai di Indonesia yang sudah tercemar oleh sampah plastik adalah Sungai Citarum.
Citarum merupakan sungai terpanjang di wilayah Provinsi Jawa Barat. Sungai yang membentang sepanjang 297 kilometer dari hilir mata air di lereng Gunung Wayang, Kabupaten Bandung ini mengalir hingga ujung Kabupaten Karawang sebelum bermuara ke Laut Jawa.
DAS (Daerah Aliran Sungai) Citarum Hulu merupakan salah satu DAS di Indonesia yang mempunyai fungsi penting bagi masyarakat Jawa Barat maupun Jakarta. Di kawasan DAS Citarum Hulu mengalir sungai utama, yaitu Citarum. Air sungai ini digunakan sebagai sumber air minum, perikanan, pertanian serta menjadi sumber air bagi tiga waduk.
Sungai Citarum memegang peranan penting terhadap keberlangsungan hidup 27,5 juta penduduk di Jawa Barat dan DKI Jakarta, namun Sungai Citarum dinobatkan sebagai salah sungai paling kotor dan tercemar di dunia. Penghargaan ini diberikan oleh Blacksmith, sebuah organisasi nirlaba yang berbasis di New York dan Green Cross, Swiss.
Sampah domestik menjadi salah satu penyebab tercemarnya Sungai Citarum, jumlah produksi sampah domestik yang semakin banyak dikarenakan semakin padatnya jumlah penduduk di kawasan Sungai Citarum. Salah satu jenis sampah domestik yang cukup banyak ditemukan di Sungai Citarum adalah plastik. Hal tersebut dikemukakan bahwa kepadatan penduduk dan laju urbanisasi merupakan faktor utama yang menentukan kelimpahan sampah plastik di Sungai Citarum.
Pencemaran plastik, baik yang berukuran makro maupun mikro, di Sungai Citarum sudah semakin mengkhawatirkan dan terkonsentrasi di sejumlah bendungan. Pencemaran dari sampah plastik tersebut akan berdampak pada biota dan mengancam kesehatan manusia. Sampah plastik di sepanjang Sungai Citarum sudah semakin kritis, dan bendungan sebagai area terkonsentrasi mikroplastik. Ditemukan di Sungai Citarum, diperkirakan terjadi pelepasan makro plastik sebanyak 6.043 ± 567 item atau 1,01 ± 0,19 ton setiap harinya.
Menurut Tim Survei Kodam III Siliwangi di penghujung tahun 2017 telah menemukan bahwa sebanyak 20.642 ton sampah organik dan anorganik dibuang ke Sungai Citarum. Berdasarkan hasil penelitian Yayasan KEHATI, mayoritas sumber pencemar Sungai Citarum adalah limbah domestik (60%). Sebagian besar komposisi dari limbah domestik tersebut adalah sampah organik (57%).