Lihat ke Halaman Asli

Kecintaan Masyarakat Terhadap Jamu Tradisional

Diperbarui: 23 September 2024   23:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

ALYA VINA ANDINI/191241036
KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS AIRLANGGA

Jamu tradisional merupakan minuman herbal khas Indonesia yang telah menjadi bagian dari warisan budaya bangsa selama berabad-abad. Kata "jamu" sendiri berasal dari bahasa Jawa, yang berarti ramuan atau obat, dan digunakan untuk mengobati berbagai masalah kesehatan serta menjaga keseimbangan tubuh. Tradisi mengonsumsi jamu tidak hanya kuat di kalangan masyarakat Jawa, tetapi telah meluas ke berbagai wilayah Indonesia. Bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan jamu umumnya berasal dari tumbuhan alami seperti kunyit, temulawak, jahe, daun-daunan, dan rempah-rempah lainnya. Masyarakat Indonesia memandang jamu sebagai solusi alami untuk menjaga kesehatan, mengatasi berbagai keluhan ringan hingga mencegah penyakit berat. Banyak orang lebih memilih jamu dibandingkan obat-obatan modern, karena menganggapnya lebih aman dan tidak memiliki efek samping yang signifikan. Di luar negeri, khususnya di negara-negara Asia dan Eropa, jamu mulai diperhatikan sebagai bagian dari tren pengobatan alternatif, dan dipelajari lebih lanjut untuk menggali potensi manfaatnya bagi kesehatan. Fakta tentang jamu didukung oleh penelitian ilmiah yang menunjukkan bahwa bahan-bahan dalam jamu memiliki efek farmakologis yang signifikan. Misalnya, sebuah penelitian dari Jurnal Kedokteran Brawijaya mengungkapkan bahwa temulawak (Curcuma xanthorrhiza) dapat berfungsi sebagai antiinflamasi dan hepatoprotektor, sehingga berpotensi membantu dalam perawatan penyakit hati. Selain itu, penelitian dari Jurnal Ilmu Kefarmasian Indonesia menyatakan bahwa jahe merah (Zingiber officinale var. Rubrum) memiliki kandungan antioksidan yang kuat dan mampu meningkatkan daya tahan tubuh. Manfaat lain dari jamu juga ditemukan dalam studi yang dipublikasikan oleh Jurnal Penelitian Tanaman Industri, di mana kunyit (Curcuma longa) terbukti memiliki sifat antimikroba yang membantu melawan infeksi bakteri dan virus. Fakta-fakta ilmiah ini memperkuat keyakinan masyarakat terhadap jamu sebagai solusi alami yang efektif. Jamu juga kini telah dimodernisasi dengan hadirnya produk-produk kemasan yang memudahkan konsumsi, seperti pil dan serbuk instan, yang semakin mempopulerkan jamu di kalangan generasi muda. Di beberapa kota besar, jamu bahkan telah menjadi bagian dari gaya hidup sehat modern, dengan berbagai kafe atau toko yang menawarkan jamu sebagai minuman sehat. Secara keseluruhan, jamu bukan hanya sekadar tradisi, tetapi juga terbukti secara ilmiah bermanfaat bagi kesehatan. Dapat di simpulkan, kecintaan masyarakat terhadap jamu tradisional tidak hanya berasal dari aspek budaya, tetapi juga dari berbagai manfaat kesehatan yang telah terbukti secara ilmiah. Bahan-bahan alami seperti temulawak, jahe merah, dan kunyit yang sering digunakan dalam jamu memiliki sifat antiinflamasi, antioksidan, serta antimikroba yang efektif untuk menjaga kesehatan tubuh. Walaupun jamu awalnya dikenal sebagai warisan budaya Indonesia, khasiatnya kini diakui secara luas hingga ke luar negeri, di mana jamu dianggap sebagai alternatif pengobatan alami yang aman. Seiring perkembangan zaman, jamu juga telah diolah menjadi bentuk yang lebih praktis dan modern, menjadikannya populer di kalangan generasi muda sebagai bagian dari gaya hidup sehat. Dengan dukungan penelitian ilmiah dan usaha pelestarian tradisi, jamu diharapkan dapat terus menjadi pilihan pengobatan alami yang berkelanjutan di masa mendatang.
KATA KUNCI: Jamu, Kesehatan, Masyarakat, Pengobatan, Penyakit.

DAFTAR PUSTAKA
R. Fitriani et al. Aktivitas Antioksidan Ekstrak Jahe Merah (Zingiber officinale var. Rubrum). Jurnal Ilmu Kefarmasian Indonesia, vol. 17, no. 3, 2020.
M. Nugraha et al. Aktivitas Antimikroba Ekstrak Kunyit (Curcuma longa) terhadap Bakteri Patogen. Jurnal Penelitian Tanaman Industri, vol. 26, no. 1, 2021.
A. Prasetyo et al. Efek Hepatoprotektor Temulawak (Curcuma xanthorrhiza) pada Tikus Model Hepatitis. Jurnal Kedokteran Brawijaya, vol. 31, no. 2, 2019.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline