Lihat ke Halaman Asli

Alya Rekha

Mahasiswi

Lulusan PAI Mustahil Berkontribusi sebagai Ilmuwan

Diperbarui: 12 Juli 2020   00:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

https://muslimobsession.com/

"Al- Qur'an adalah kitab penuh dengan mukjizat, literatur bahasa Arab terbaik dan sesuai dengan sains. Mungkin di masa depan zamannya berbeda lagi. Tidak seperti sekarang yang seakan kebenaran selalu diukur dengan sains dan teknologi. Tapi bagaimanapun kondisi masa depan, maka Al-Qur'an sebagai firman Tuhan akan membuktikan kebenaran dirinya." -Dr. Zakir Naik-

Saat ini, perkembangan sains dan teknologi semakin bertumbuh pesat. Setiap orang berlomba-lomba menciptakan berbagai teknologi yang bisa memudahkan kehidupan manusia. Namun, sayangnya, dari mereka belum banyak yang berasal dari lulusan muslim. Masih sedikit para sarjana muslim yang ikut berkontribusi besar dalam sains atau ilmu pengetahuan masa kini. Mengapa sedikit? Padahal muslim memiliki kunci dari segala kunci, yaitu Al-Qur'an. 

Kenapa Al-Qur'an disebut sebagai kunci? Mari lihat para ilmuwan masa kini yang telah berkontribusi besar dalam sains, mereka meneliti kemudian menyadari bahwa Al-Qur'an telah menyebutkan hasil penelitiannya jauh sebelum dirinya selesai meneliti. 


Profesor Wiliam Brown salah satunya, beliau berhasil membuktikan bahwa Al-Qur'an adalah kunci dari misteri di alam ini, jika ada yang mau menelitinya atau mengkajinya. Beliau akhirnya menerima Islam sebagai agama yang benar lantaran hasil penelitiannya tentang tumbuhan. 

Suatu ketika, beliau memimpin sebuah penelitian tentang suara yang dikeluarkan oleh tumbuhan. Suara itu berhasil direkam olehnya menggunakan alat canggih, kemudian, rekaman itu menghasilkan getaran ultrasonik yang bisa diubah menjadi gelombang elektrik optik. Sehingga gelombang elektrik optik itu dapat dipantau melalui monitor dan yang lebih mengejutkannya lagi, di monitor itu menampilkan garis-garis yang membentuk lafadz Allah. 

Berdasarkan peristiwa itu, benar sudah firman Allah dalam Al-Qur'an surat Al-Isra' ayat 44: 

تُسَبِّحُ لَهُ السَّمٰوٰتُ السَّبْعُ وَالْأَرْضُ وَمَنْ فِيهِنَّ ۚ وَإِنْ مِّنْ شَىْءٍ إِلَّا يُسَبِّحُ بِحَمْدِهِۦ وَلٰكِنْ لَّا تَفْقَهُونَ تَسْبِيحَهُمْ ۗ إِنَّهُۥ كَانَ حَلِيمًا غَفُورًا

"Langit yang tujuh, bumi dan semua yang ada di dalamnya bertasbih kepada Allah. Dan tak ada suatupun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi kamu sekalian tidak mengerti tasbih mereka. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyantun lagi Maha Pengampun."

Tidakkah pernah terlintas jika seorang muslim yang telah diberikan pedoman Al-Qur'an, banyak waktu untuk mengkajinya, tapi, tidak memanfaatkannya dengan benar. Seandainya, umat muslim yang mengkaji ayat itu terlebih dahulu, lantas membuktikannya dengan sebuah penelitian, boleh jadi umat IsIam akan berada di garda terdepan dalam ilmu pengetahuan. Namun, hal sebaliknya terjadi pada saat ini. Salah satu alasannya boleh jadi karena umat Islam jauh dari Al-Qur'an, tidak seperti ilmuwan muslim terdahulu. 

Pada masa kejayaan umat Islam dahulu, yang mana dunia Barat, terutama Eropa mengalami masa-masa kegelapan atau kemunduran. Saat itulah Islam dan umat Islam berada di garda terdepan sebelum akhirnya direbut lagi pengetahuan-pengetahuan Islam oleh Barat. Hingga kini, mereka masih berada di posisi berjaya, dan tugas para lulusan muslim, terutama bidang pendidikan agama Islam harus bisa mengambil kembali posisi itu. Posisi saat ilmuwan-ilmuwan memegang kunci ilmu pengetahuan berkat bantuan Al-Qur'an. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline