Lihat ke Halaman Asli

Kisah Surat, Tetap Semangat Mengayuh Becak di Tengah Pandemi

Diperbarui: 28 Desember 2020   22:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Surat (58) saat berada di Taman Budaya Yogyakarta (TBY) (Foto: Alya Rahma Moedjiyanti)

Yogyakarta - Seorang pria bertopi hitam dengan masker yang menempel di wajah sedang duduk di atas becak dan berharap menanti datang penumpang yang membutuhkan jasanya. Sinar matahari yang sangat terik menyengat kulit tubuhnya yang sudah tidak lagi muda, menjadikan tubuh dan wajahnya tampak letih dan lesu.

Becak dengan lukisan pegunungan ini berhenti di seberang Taman Budaya Yogyakarta (TBY), tepat di bawah pohon beringin yang rimbun nan teduh. Sesekali ia memejamkan matanya dan menarik nafas dalam-dalam. Semilir angin yang lewat menjadikan ia sedikit rileks dan mengantuk.

Setiap kali ia mendengar suara langkah kaki, ia terbangun dari tidur santainya dan menawarkan jasa becaknya kepada orang yang lalu-lalang di sekitarnya.

Meskipun ia masih belum mendapatkan seorang penumpang pun sejak pagi, ia tidak mudah putus asa dan terus berupaya untuk menawarkan jasa becaknya kepada orang yang berseliweran di lokasi itu.

"Nama saya Surat. Seorang bapak-bapak yang sudah menjadi tukang becak sejak tahun 87-an," ujar Surat saat diwawancarai di tempat ia biasa mangkal di seberang Taman Budaya Yogyakarta (TBY), Sabtu (26/12/2020).

Becak milik pria yang kerap disapa Sur ini tampak unik dan menonjol dari becak yang ada di sekitarnya. Pada bagian samping badan becak terdapat lukisan pegunungan yang indah.

Lukisan yang ada pada becak tersebut ternyata dilukis oleh anaknya sendiri. Terlihat hasil goresan kuas berupa gambar gunung, sungai, dan beberapa tumbuhan tergambar indah oleh tangan anaknya yang lihai.

"Oh iya, lukisan di badan becak ini anak saya yang bikin. Dia suka lukis-lukis kayak gini, saya juga seneng lihat lukisan dia. Bagus-bagus," ujarnya dengan wajah yang sumringah.

Surat menjadi pengayuh becak bukan tanpa sebab. Ia memutuskan menjalani profesi ini karena tuntutan ekonomi.

Sebagai kepala keluarga, ia harus bisa memenuhi kebutuhan hidup keluarganya. Terlebih lagi saat itu, ia memiliki 3 orang anak yang harus dipenuhi kebutuhannya.

Surat bertempat tinggal di daerah Bantul, Kota Yogyakarta. Setiap hari, ia harus bangun pagi dan pergi mengayuh becaknya mencari pundi-pundi rupiah di tempat ia biasa mangkal, tepatnya di sekitar Taman Budaya Yogyakarta.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline