Alkisah. Dulu pernah ada seorang anak kecil bertubuh dekil. Berjalan santai menuju sekolah. Sesekali langkahnya terhenti. Akibat duri atau kerikil tajam yang menancap di kaki mungil yang tak tertutup alas kaki.
Di sebuah desa terpencil bernama Tawangmangu. Anak kecil itu beradu langkah dengan kaki kecil teman-temannya. Tentu saja, semuanya tak bersepatu. Namun semangat belajar mereka tetap menggebu.
Bapaknya hanya seorang polisi berpangkat rendahan. Ibunya penjual bensin eceran. Saudaranya banyak, dan keluarga itu harus hutang sana sini untuk sekadar makan.
Biaya sekolah jelas susah. Bapak ibunya harus hutang pada rentenir hanya untuk membeli buku. Ditambah iuran ini dan itu. Sampai-sampai, tak terasa hutang sudah menggunung dan membuatnya kesulitan.
Namun bocah itu tak patah arang. Ia yakin, pendidikan mampu mengangkat derajat keluarga yang disayang. Meski tertatih, si bocah lereng Lawu itu tetap sekolah. Hingga mampu menyelesaikan pendidikan sarjana di Universitas Gadjah Mada dan magister di Universitas Indonesia.
Dan benar saja. Pendidikan menyelamatkan hidupnya dan keluarga. Si bocah yang ke sekolah nyeker itu, kini jadi orang sukses. Menjadi anggota DPR RI dua periode dan sekarang menjabat Gubernur Jawa Tengah. Hutang keluarga yang menumpuk, berhasil dilunasinya.
Bocah kecil itu bernama Ganjar Sungkowo. Yang kini, orang mengenalnya sebagai Ganjar Pranowo. Calon presiden 2024.
Yah, Ganjar adalah gambaran klise pendidikan tanah air. Seperti cerita sinetron dan film, kisah hidup Ganjar memang tak seindah capres lainnya.
Namun siapa sangka, kisah pahit Ganjar ketika merengkuh pendidikan itu menumbuhkan dendam. Dendam akan hidup miskin. Dendam akan sulitnya mengakses pendidikan. Dalam hati ia berkata, anakku tak boleh susah seperti dirinya. Anakku harus sekolah dengan bahagia.
Ternyata, dendam itu tak hanya berlaku pada anaknya, tapi untuk semua anak di Jawa Tengah. Ganjar Tak mau, ada anak yang susah sekolah.
Makanya, saat menjabat Gubernur Jateng, dendam itu ia tuntaskan. Pendidikan ia rombak habis-habisan. Anggaran besar ia gelontorkan. Biaya pendidikan ia gratiskan.