Ada yang menarik dari survei terbaru SMRC yang rilis Kamis (23/2) kemarin. Mayoritas warga Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah lebih menginginkan Ganjar Pranowo menjadi presiden dibanding calon lain.
Sebanyak 93% anggota NU baik yang aktif maupun tidak, menginginkan Ganjar jadi presiden. Sementara Anies Baswedan, hanya didukung 41% dan Prabowo sebesar 50%.
Di kalangan Muhammadiyah juga tak jauh beda. Ganjar mendapat dukungan sebesar 46%, disusul Anies peringkat kedua dengan dukungan 33% dan Prabowo 14%.
Hasil survei ini menarik, karena ternyata dukungan kaum santri lebih condong ke Ganjar daripada Anies. Padahal kita tahu, Ganjar selama ini identik sebagai tokoh nasionalis. Sementara Anies, dibranding sebagai tokoh yang sangat agamis.
Selama ini, Anies selalu mencitrakan dirinya dekat dengan ulama. Setiap pidato, ayat alquran ataupun hadist kerap digunakan sebagai landasan. Belum lagi soal penampilan, Anies sering muncul dengan baju koko, peci dan juga sorban.
Tapi kenapa warga NU dan Muhammadiyah, dua organisasi Islam terbesar di Indonesia justru memilih Ganjar dibanding Anies?
Kenapa ya???
Mungkin karena Ganjar bukan hanya tokoh nasionalis biasa. Dari track reccordnya, Ganjar juga pemimpin yang sangat agamis. Cuman bedanya dengan Anies, Ganjar tak suka megumbar religiusitasnya kepada publik.
Sebagai muslim, Ganjar juga melaksanakan kewajibannya dengan baik. Salat lima waktu, puasa, zakat selalu ia tunaikan dengan taat. Ganjar juga sudah berhaji, umroh juga sudah berkali-kali.
Tak banyak yang tahu, bahwa Ganjar adalah bagian dari keluarga NU. Istrinya, Siti Atikoh adalah cucu dari tokoh NU besar di Jawa bernama KH Hisyam Abdul Karim. Saudaranya dari keluarga istri, saat ini juga menjadi tokoh-tokoh NU di Jawa Tengah.
Ganjar juga sangat dekat dengan ulama. Ia selalu menjadikan ulama sebagai tempat berdiskusi, khususnya menyangkut soal kebijakan publik. Pemberian insentif guru keagamaan, pemberian bantuan pembangunan tempat ibadah dan sarana keagamaan hingga optimalisasi Baznas adalah hasil diskusi Ganjar dengan para ulama hebat itu.