Lihat ke Halaman Asli

Stop Intimidasi di Pilkada DKI

Diperbarui: 5 April 2017   19:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pakar ilmu politik dan sekaligus mantan anggota Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnasham) Prof. Miriam Budiardjo dalam bukunya yang berjudul Dasar-dasar Ilmu Politik pernah menjelaskan bahwa politk adalah  bermacam-macam kegiatan dalam suatu sistem politik atau negara yang menyangkut proses menentukan tujuan-tujuan sistem itu dan melaksanakan tujuan-tujuan itu. Pengambilan keputusan mengenai apakah yang menjadi tujuan dari sistem politik itu menyangkut seleksi antara beberapa alternative dan penyusunan skala prioritas dari tujuan-tujuan yang telah dipilih itu.

Sementara itu, filsuf Yunani Aritoteles memaparkan bahwa politik adalah usaha yang ditempuh oleh warga negara untuk mewujudkan kebaikan bersama.

Berkaca pada dua pemikiran diatas terkait politik, dapat kita simpulkan bahwa orang-orang yang terjun dalam dunia politik pada dasarnya harus memiliki niat yang mulia. Karena tujuan ideal dari politik adalah membuat sebuah kebijakan atau aturan untuk kepentingan dan kebaikan masyarakat bersama, bukan untuk kepentingan kelompok tertentu.  Tujuan yang sangat mulia tersebut tentu saja akan terciderai jika terjadi adanya intimidasi kepada pihak-pihak tertentu sebagaimana yang saat ini mewarnai pilkada DKI Jakarta.

Dua pekan jelang Pemilihan Kepala Daerah (pilkada) DKI Jakarta, dinamika politik Jakarta kembali memanas. Isu SARA dan politisasi agama masih terjadi pada pilkada DKI putaran kedua. Bahkan berbagai intimidasi berupa spanduk larangan untuk memilih serta menshalatkan jenazah pendukung calon gubernur tertentu terpampang hampir di wilayah Jakarta. tentu saja kejadian seperti ini hanya menambah kekhawatiran masyarakat awam serta membuat mereka menjadi takut. Selain itu, perilaku penolakan jenazah dishalatkan di masjid merupakan bagian dari politisasi agama dan sikap radikalisasi.

Adanya usaha intimadasi semacam itu, tentu saja bisa merusak kebhinekaan Indonesia dan berpotensi untuk membuat retak persaudaraan sesama anak bangsa. Terlebih Jakarta adalah repelika dari Indonesia, dimana setiap agama, suku, bangsa dan Bahasa semuanya ada di Jakarta. oleh sebab itu, alangkah baiknya usaha melakukan intimidasi terhadap warga harus segera dihentikan. Biarkan masyarakat menentukan pilihannya sendiri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline