Lihat ke Halaman Asli

Alya Fauzira Raynadel

Mahasiswa Jurnalistik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Maqamat dan Ahwal dalam Tasawuf

Diperbarui: 21 Desember 2023   14:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Dalam konteks tasawuf, maqamat dan ahwal adalah dua konsep yang berkaitan erat, meskipun memiliki perbedaan mendasar. Maqamat, yang berasal dari kata Arab "qama" yang berarti berdiri, mengacu pada tingkatan atau tahapan dalam perjalanan rohani seorang sufi menuju Allah. 

Proses maqamat melibatkan upaya, perjuangan, dan pelatihan yang dilakukan oleh seorang sufi untuk mencapai kedekatan dengan Tuhan. Sebaliknya, ahwal mengacu pada keadaan atau suasana batiniah yang dialami oleh seorang sufi, bersifat abstrak, dan sulit diungkapkan dengan kata-kata.

Dalam konteks maqamat, perjalanan rohani sufi tergambar melalui tahapan-tahapan seperti taubat, sabar, tawakal, zuhud, rida, mahabah, dan makrifat. Penjelasan mengenai jumlah dan urutan maqamat bervariasi menurut para sufi seperti al-Sarraj, al-Kalabadzi, al-Ghazali, dan al-Qusyairi. Di sisi lain, ahwal mencakup kondisi batiniah yang tiba-tiba muncul pada seorang sufi dan berakhir dengan cara yang sama, seperti waspada dan mawas diri, cinta, dan rindu.

Secara keseluruhan, dapat disimpulkan bahwa maqamat dan ahwal adalah konsep-konsep dalam tasawuf yang memvisualisasikan perjalanan spiritual dan keadaan batiniah seorang sufi. Meskipun saling terkait, maqamat melibatkan usaha dan perjuangan, sedangkan ahwal bersifat lebih abstrak dan dialami tanpa upaya yang disengaja. Kedua konsep ini membentuk kerangka konseptual dalam usaha mencapai kedekatan dengan Allah dalam tradisi tasawuf.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline