Lihat ke Halaman Asli

Alya Lintang Boru Capah

Mahasiswa Hubungan Internasional Universitas Pembangunan Nasional "Veteran" Jawa Timur

Ancaman Keamanan dari Organisasi Besar Islam "Hizbullah "

Diperbarui: 5 Desember 2024   18:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Hizbullah adalah organisasi Islam terbesar yang dimaksud. Organisasi ini, yang disebut sebagai "Partai Allah" dalam bahasa Arab, didirikan di Lebanon pada tahun 1985. Filosofi dan tujuan awalnya hanya untuk mengusir kekuatan asing, terutama Israel, dari Lebanon, tetapi kemudian berkembang menjadi organisasi yang kompleks dengan aspek militer, politik, dan sosialnya. Selama di tahun 1980-an, Hizbullah terlibat dalam konflik dengan pasukan Israel di Lebanon selatan. Mereka juga dituduh menyandera orang asing di Lebanon. Setelah Perang Saudara Lebanon berakhir pada tahun 1990, dia beralih ke politik formal. Untuk pertama kalinya, dia berpartisipasi dalam pemilihan parlemen Lebanon pada tahun 1992.

Sebagai hasil dari membangun jaringan layanan sosial yang luas, organisasi ini berpengaruh besar pada infrasturuktur masyarakat yang terdiri dari sekolah, klinik, dan organisasi amal, Hizbullah secara efektif memperkuat dukungan yang diberikan kepada masyarakat Syiah Lebanon. Iran juga mendukung Hizbullah melalui dukungan keuangan, pelatihan militer, dan ideologis. Iran mengirimkan Garda Revolusi ke Lebanon untuk membantu pejuang Hizbullah berlatih. Pendahuluan ini memberikan penjelasan tentang bagaimana Hizbullah berkembang dari kelompok perlawanan lokal menjadi organisasi yang kompleks dengan kekuatan regional yang besar. Proses politik di Lebanon, konfliknya dengan Israel, dan hubungannya dengan Iran sangat memengaruhi perkembangan ini.

Lebanon adalah merupakan salah satu Negara Arab yang berada di kawasan Timur Tengah. Lebanon berbatasan dengan Suriah dan Israel. masyarakat Lebanon berasal dari berbagai suku dan agama, termasuk Islam, Kristen, dan lainnya. Agresi Israel atas Arab Lebanon menjadi berita yang mengundang perhatian masyarakat hampir seluruh negara di dunia dan menjadi berita terhangat akhir-akhir ini. Melibatkan sayap bersenjata Hizbullah dan Angkatan Pertahanan Israel (Israeli Defence Force, or IDF) serangkaian peristiwa militer dan bentrokan terus-menerus antara Israel utara dan Lebanon.

Pada Perang Lebanon tahun 2006 terjadi konflik besar ketika Hizbullah menculik dua tentara Israel yang memicu balasan Israel, Penculikan ini adalah bagian dari strategi Hizbullah yang disebut "Operasi Janji Jujur", yang bertujuan membebaskan warga Lebanon yang ditahan oleh Israel melalui mekanisme pertukaran tahanan, perang ini berlangsung selama 34 hari yang mengakibatkan kerusakan besar di Lebanon dan Israel tetapi Hizbullah mampu bertahan menghadapi militer Israel yang lebih kuat sehingga meningkatkan reputasinya di dunia Arab. Memiliki kemampuan militer termasuk persenjataan roket yang menjadi ancaman keamanan regional dalam teori kompleksitas karena ancaman lebih mudah datang atau melintasi dari jarak yang dekat daripada jarak yang jauh (Buzan) dan juga menjadikan Israel merasa security dillema. 

Konflik dengan Israel memperkuat hubungan Hizbullah yang membentuk poros perlawanan dengan Iran dan Suriah. Teori konstruktivisme muncul dalam hubungan Iran dan Suriah yang di antara mereka tidak merasa security dillema walau masing-masing memiliki keunggulan dalam keamanan. Dampak dari aliansi regional memengaruhi keseimbangan kekuatan di Timur Tengah dengan Arab Saudi dan sekutunya di sisi yang lainnya.

Analisis ini menunjukkan bahwa konflik antara Hizbullah dan Israel adalah konflik yang sangat kompleks dengan berbagai dimensi yaitu ideologis, militer dan geopolitik. Pengaruh hizbullah dalam konteks ini menunjukkan bagaimana sebuah organisasi non-negara atau NGO's dapat memiliki dampak signifikan pada dinamika regional melainkan juga pada ancaman global atau multilateral. Hal ini menggambarkan kompleksitas politik di Timur Tengah di mana konflik lokal dapat memiliki implikasi yang jauh lebih luas.

Konflik Hizbullah dan Israel memiliki keseimbangan kekuatan atau biasanya disebut sebagai balance of power. Dalam hal kekuatan militer konvesional Israel memiliki militer modern dengan teknologi canggih, angkatan udara yang kuat, sistem pertahanan rudal (Iron Dome, Arrow), dukungan militer Amerika Serikat. Sedangkan Hizbullah memiliki pasukan gerilya terlatih, roket dan rudal yang besar, kemampuan perang asimetris, jaringan terowongan dan bunker.

Israel memiliki hubungan eksternal, seperti yang ditunjukkan oleh nota diplomatik dari Amerika Serikat yang akan memberikan dukungan yang signifikan bagi hubungan bilateral. Israel akan menerima 3,8 miliar dolar AS (sekitar Rp 50.028 triliun) setiap tahun, dengan paket yang berjumlah 38 miliar dolar AS, atau hampir Rp 200 triliun, selama sepuluh tahun pada tahun 2016. Karena Trump (presiden saat itu) memiliki ambisi untuk menguasai kawasan Timur Tengah yang bertentangan dengan kepentingan negaranya sendiri, Hizbullah menjadi salah satu ancaman besar bagi AS. Ini karena hampir semua orang di kawasan itu tidak menyukai Amerika Serikat, meskipun mereka berhubungan hanya karena alasan diplomatik. Amerika Serikat akan mendapatkan manfaat dari terus mendorong Israel untuk menjadi negara berdaulat dan mempertahankan posisi yang kuat di Timur Tengah. Semua orang tahu bahwa Timur Tengah memiliki banyak sumber daya alam, termasuk minyak, yang merupakan cadangan minyak dunia. Amerika Serikat akan menjadi negara adidaya dengan kekuatan absolut jika berhasil menaklukan wilayah Timur Tengah.

Tidak hanya itu, Amerika Serikat memasukkan Hizbullah dalam daftar organisasi teroris asing sejak tahun 1997. Lalu Amerika Serikat memberikan kebijakan terhadap Hizbullah yaitu berupa sanksi dalam upaya memotong sumber pendanaan Hizbullah, mendorong negara-negara lain untuk mengklasifikasikan Hizbullah sebagai organisasi teroris, upaya isolasi Hizbullah di kawasan internasional.

Penulis berpendapat bahwa Israel harus lebih bijaksana dalam menyelesaikan masalahnya dengan Hizbullah karena negara itu mengaku berdemokrasi. Israel harus menanggapi tawaran tawanan Hizbullah dengan tenang, bukan dengan serta merta memulai perang terhadap mereka. Karena kita semua tahu bahwa kekuatan Israel dapat dengan mudah mengalahkan Arab Lebanon dan Hizbullah dengan dukungan Amerika Serikat. Meskipun perang juga dapat membawa perdamaian, perundingan dan dialog adalah satu-satunya cara untuk menyelesaikan konflik.

Amerika Serikat seharusnya mengambil sikap yang lebih cerdas dalam menangani konflik Israel-Hizbullah karena negara itu adalah pendukung utama Israel dan negara itu telah mengembar-gemborkan perang melawan terorisme. Untuk masuk ke perundingan, Amerika Serikat harus meminta Israel untuk segera menghentikan agresi militernya di Arab Lebanon. Jika Amerika Serikat terus membiarkan krisis di Timur Tengah berlanjut dan membiarkan Israel menyerang pemukiman sipil di selatan Arab Lebanon, perdamaian berkelanjutan yang diinginkan Amerika Serikat akan sangat sulit dicapai..

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline