Lihat ke Halaman Asli

alyaazki

mahasiswa

Efek Negatif Fast Fashion terhadap Lingkungan

Diperbarui: 29 November 2024   00:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony


     Di zaman sekarang, fenomena fast fashion telah menjadi bagian penting dari kehidupan konsumen global. Istilah ini mengacu pada industri pakaian yang berfokus pada produksi massal, pengiriman cepat, dan harga murah. Sebelum fast fashion ini muncul, industri fashion hanya memproduksi fashion setiap musim saja, yaitu Cuma empat kali dalam setahun. Sedangkan sekarang pabrik-pabrik produksi fashion memproduksi fashion setiap minggu bahkan setiap hari ada barang baru.     Dengan produksi fashion secara massal dan cepat itu tentunya pabrik-pabrik selama 24 jam terus berproduksi sehingga menimbulkan banyak sekali dampak buruk terhadap lingkungan maupun manusia itu sendiri. Salah satu aspek paling mencolok dari fast fashion adalah dampaknya terhadap lingkungan. proses produksi yang sangat cepat itu tentu saja menggunakan bahan kain sintetis dan pewarna kimia, karena kain organik itu tidak bisa diproduksi dengan cepat. Sehingga dampaknya sangat merusak lingkungan kita.     Selain itu, fast fashion menyebabkan siklus mode yang cepat berubah dan pengeluaran yang berlebihan. Ini menyebabkan volume limbah tekstil meningkat di seluruh dunia, dan sebagian besar pakaian dibuang di tempat pembuangan sampah. Konsumen dipenuhi dengan pesan bahwa mereka harus selalu membeli barang-barang baru dan terkini tanpa mempertimbangkan efeknya terhadap lingkungan.     Dampak sosial dari fast fashion juga sangat besar. Pabrik pakaian di negara-negara berkembang memiliki kondisi kerja yang seringkali tidak manusiawi di balik produk murah dan mudah diakses. Pekerja sering diperlakukan tidak adil, menerima upah yang rendah, dan hidup dalam lingkungan yang tidak aman di tempat kerja mereka. Masalah ini kadang-kadang diperparah oleh praktik eksploitasi hak-hak buruh dan kekurangan hak-hak buruh.     Penggunaan bahan-bahan murah dan proses produksi yang tidak ramah lingkungan berkontribusi pada perubahan iklim. Krisis lingkungan yang sedang kita hadapi semakin memburuk karena gas rumah kaca yang dihasilkan selama pembuatan pakaian dan masalah deforestasi yang disebabkan oleh industri.     Namun, keadaan masih dapat diperbaiki. Karena kesadaran akan efek buruk fast fashion, industri mode telah beralih ke pendekatan yang lebih berkelanjutan. Banyak merek telah meningkatkan standar kerja di rantai pasokan mereka, beralih ke bahan-bahan yang lebih ramah lingkungan, mendukung daur ulang pakaian, dan mengurangi limbah tekstil.     Oleh karena itu, sebagai konsumen, penting bagi kita untuk membuat keputusan yang bijak dan bertanggung jawab ketika membeli pakaian. Kita dapat mengubah industri fashion global dengan mendukung merek-merek yang berkomitmen pada keberlanjutan dan etika kerja yang adil. Keputusan yang kita buat berdampak jauh lebih besar daripada sekadar gaya atau harga.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline