Lihat ke Halaman Asli

A Thousand Splendid Suns Karya Khaled Hosseini

Diperbarui: 17 September 2023   13:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

https://id.wikipedia.org/wiki/A_Thousand_Splendid_Suns

"Siapapun takkan bisa menghitung bulan-bulan yang berpendar diatas atap, ataupun seribu mentari surga yang bersembunyi di balik dinding."

A Thousand Splendid Suns merupakan novel yang mengandung unsur sejarah di dalamnya, novel ini berkisah tentang sang tokoh utama bernama Mariam yang menjadi korban akibat peperangan dan pernikahan yang dipaksakan. Novel ini ditulis oleh Khaled Hosseini, ia adalah seorang dokter yang beralih profesi menjadi penulis dan berkebangsaan Afghanistan. Novel indah yang diterbitkan, diantaranya : The Kite Runner (2003), A Thousand Slpendid Suns (2007), And The Mountains Echoed (2013), dan yang terbaru Sea Prayers (2018).

Pada bagian awal novel ini, dipaparkan secara singkat bagaimana kehidupan Mariam sang tokoh utama. Mariam disebut sebagai "harami", yaitu sebutan untuk anak hasil dari hubungan gelap. Ibunya bernama Nana, ia adalah pelayan dirumah seorang saudagar kaya di Kabul yang merupakan kota besar di Afghanistan. Nana melakukan hubungan gelap dengan si  saudagar yang bernama Jalal.

Mariam dan Nana tinggal di kolba atau sebutan untuk rumah yang merupakan gubuk kecil, disebuah desa terpencil yang jaraknya jauh dari Kabul. Mereka tinggal disana bukanlah tanpa alasan. Jalal yang memindahkan mereka kesana untuk menutupi "aib" yang telah ia buat kala itu. Walaupun demikian, Jalal secara rutin mengunjungi Mariam pada hari kamis untuk sekedar bercerita juga memberikan beberapa camilan dan mainan untuk Mariam.

Setiap Jalal berkunjung, Mariam akan dengan hati yang gembira menyambutnya. Mariam menganggap bahwa Jalal adalah ayah yang sangat menyayanginya setelah semua hal yang telah diberikan. Namun tidak dengan Nana, ia menganggap kepedulian Jalal hanyalah kebohongan belaka yang semata-mata dilakukan untuk "penghapusan dosa" saja. Tak jarang ketika Jalal berkunjung, Nana melontarkan kalimat yang buruk untuk menunjukkan kekesalannya itu.

Jalal kerap kali memberi iming-iming kepada Mariam. Ia berkata akan mengajak Mariam menonton film di bioskop, berbelanja di mall, menginap ke rumahnya di Herat, serta ia bilang akan mengajak Mariam untuk bertemu saudara-saudara tirinya di hari ulang tahunnya yang ke 15 nanti.

Mariam duduk di teras kolba untuk menunggu Jalal hari itu, hari dimana usia Mariam tepat 15 tahun. Namun karena tak kunjung datang, ia berniat untuk menyusul Jalal ke tempat tinggalnya di Herat. Nana mengetahui niat Mariam itu dan ia marah besar. "Aku akan mati kalau kau pergi. Jin akan datang merasukiku. Lidahku akan tertelan dan nyawaku akan melayang. Jangan tinggalkan ibumu ini, Mariam Jo. Ayolah, jangan pergi. Aku akan mati kalau kau pergi," kata Nana setelahnya. Ia berkata demikian untuk meyakini Mariam bahwa ia sangatlah menyayangi Mariam dan tak ingin putrinya itu disakiti oleh siapapun termasuk Jalal. Namun telinga Mariam seolah tertutup oleh ucapan-ucapan Jalal yang berkata bahwa ibunya itu sakit dan iri  kepadanya.

Mariam pun akhirnya pergi berjalan kaki ke Herat untuk menemui ayahnya. Namun yang di dapatkan hanyalah penolakan. Ia menunggu di depan gerbang rumah Jalal hingga bermalam disana, tak ada yang mengizinkannya masuk. Akhirnya Mariam  ulang dengan perasaan kecewa dan berakhir dengan melihat keadaan ibunya yang sudah tak bernyawa menggantung di pohon besar depan kolba.

Di usianya yang ke 15 tahun itu, ia berujung tinggal dirumah Jalal. Segala bayangnya tentang kehidupan yang sempurna sirna dalam sekejap, ia seolah merasakan apa yang Nana rasa selama ini. Mariam berakhir dengan dijodohkan secara paksa dengan Rasheed, rekan kerja Jalal yang usianya 45 tahun saat itu.

Mariam pun melangsungkan pernikahannya dan tinggal jauh terpisah dengan Jalal. Setelah melewati kurang lebih dua dekade pernikahan dengan banyak kepedihan itu, Rasheed memberikan luka baru bagi Mariam. Ia memutuskan untuk menikah lagi dengan seorang perempuan bernama Laila yang saat itu usianya 15 tahun, ia merupakan perempuan sebatang kara sebagai korban atas peperangan yang terjadi. Mulanya Mariam sangat tak suka dengan kehadiran Laila dirumahnya itu, ia sudah cukup mendapatkan musibah setelah menikah dengan Rasheed dan kini ditambah dengan kehadirannya. Namun lambat laun rasa benci itu hilang ketika melihat kekasaran Rasheed tak hanya berlaku untuk dirinya dan anaknya saja, tetapi Laila juga.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline