Ngrawan, Getasan, Kabupaten Semarang (08/08/2021)
Pandemi COVID-19 yang dilaporkan oleh WHO pada awal tahun 2020 terus berlaku hingga sekarang. Pandemi membuat segala aktivitas tatap muka berkurang dialihkan menjadi Daring. Begitu juga pelaksanaan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tim II Undip dilaksanakan mulai tanggal 30 Juni-12 Agustus 2021 di kampung halaman masing-masing. KKN tersebut dilaksanakan secara Daring dengan mengusung tema "Pemberdayaan Masyarakat di Tengah Pandemi COVID-19 Berbasis pada Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs)".
Dengan dua program yang diusulkan yaitu program COVID-19 dan program SDGs. Pelaksanaan KKN dilakukan secara online dan individual untuk mencegah penyebaran dan penularan COVID-19 yang terus meningkat.
Untuk mengantisipasi dan mengurangi jumlah penderita virus corona di Indonesia, pemerintah melakukan upaya pembatasan kegiatan demi mengurangi mobilitas dari virus COVID-19.
Salah satu upaya dalam mengurangi mobilitas virus COVID-19 yaitu menggunakan desinfektan. Melihat permasalahan tersebut mahasiswa KKN TIM II UNDIP Alwi Sihab dari jurusan Biologi dengan Dosen Pembimbing Lapangan Dr. Ir. Suryanti., Mpi berinisiatif mencoba membuat desinfektan (antiseptik) berbahan sirih dan jeruk nipis di Desa Ngrawan, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang.
Pembuatan Desinfektan ini dimulai dengan mencuci bersih daun sirih, setelah itu daun sirih dipotong kecil-kecil dan dituangkan air panas untuk diambil ekstrak saja.
Kadar ekstrak yang mereka ambil sebesar 25% dengan menggunakan 50 gram daun sirih dan 200 ml air panas. Kemudian rendaman daun sirih di-steam selama 30 menit dan disaring. Setelah disaring, ekstrak daun sirih kemudian didinginkan. Penambahan jeruk nipis berguna sebagai anti oksidan.
Warga Desa Ngrawan menyambut edukasi secara antusias, beberapa dari mereka berkeinginan untuk mencoba membuat sendiri desinfektan tersebut. Dengan adanya edukasi ini diharapkan Warga Desa Ngrawan yaitu dapat mengaplikasikan desinfektan dengan bahan alami yang memiliki banyak manfaat sehinga mampu untuk mengatasi bakteri-bakteri sehingga dapat dijadikan sebuah antiseptik sehingga mampu meminimalisir dana untuk membuatnya.
Penulis: Alwi Sihab, Jurusan Biologi, Fakultas Sains dan Matematika, Universitas Diponegoro