Arah program dan kebijakan pendidikan di NTB sebaiknya dikaitkan dengan potensi sumber daya dan perkembangan ekonomi. Dengan potensi dan perkembangan ekonomi ini pula program dan kebijakan pendidikan akan lebih spesifik dan efektif.
Banyak lembaga pendidikan di NTB sudah memiliki fondasi yang kuat, seperti filosofi dan pemikiran, pengembangan kurikulum, serta metode belajar-mengajar yang terus berkembang. Dari pendidikan ini pula lahir sejumlah orang yang berprestasi dalam bidang masing-masing.
Namun, dengan impitan ekonomi dan politik yang kurang mendukung, adanya angka putus sekolah dan keengganan melanjutkan pendidikan, bahkan banyak pula sarjana yang menganggur, menambah masalah NTB
Sehingga muncul pertanyaan, bagaimana ekonomi dan politik mendukung pendidikan?
Potensi besar NTB di bidang pangan, mulai dari kelautan dan perikanan, pertanian dan peternakan, haruslah dibangun pondasi ekonomi yang kuat dan saling terkait.
Seandainya NTB bangkit dan bergerak menuju revolusi pangan -- transformasi ke industrialisasi pengolahan pangan -- niscaya program pendidikan yang mendukung proses ekonomi ini bakal mengurangi angka putus sekolah, keengganan melanjutkan sekolah, dan para sarjana pun ikut dalam transformasi tersebut.
Dengan solusi ini NTB tidak perlu khawatir lagi mengenai masalah mutu pendidikan dan masalah lainnya yang melilit kita, seiring perubahan penting yang digerakkan menuju industrialisasi pengolahan pangan.
Penulis adalah ALWI HILIR S,kom mahasiswa PASCASARJANA UNISMA BEKASI, INDONESIA
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H