Lihat ke Halaman Asli

AL Wijaya

Penulis

Batas (Bab 3)

Diperbarui: 4 Juni 2019   19:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Rita mengambil sebuah botol pewangi ruangan lalu memindai kode batangnya di mesin pemindai otomatis. Tak perlu menunggu lama, harga benda tersebut langsung muncul di layar komputer kasir. Jumlah total belanjanya pun juga muncul di bagian bawah komputer.

"Total belanjanya Rp 154.300,00" kata Rita kepada sang pembeli sambil memasukkan botol pewangi ruangan tadi ke dalam plastik belanjaan.

Si pelanggan memberi Rita dua lembar uang seratus ribuan. Rita pun menyetornya ke mesin kasir lalu menghitung kembalian.

Hampir 3 tahun sudah Rita bekerja paruh waktu di supermarket Artapuri. Selain ingin membantu ekonomi keluarga akibat gaji Tomas yang tidak seberapa, Rita memang pada dasarnya suka bekerja. Ia tidak bisa tinggal di rumah begitu saja seperti ibu rumah tangga kebanyakan.

Sejak kepergian saudarinya, sebenarnya Rita tak perlu susah payah bekerja sebab Linda telah meninggalkan uang asuransi yang cukup besar bagi dirinya dan untuk pendidikan Ari dan kebutuhan sehari-hari mereka. Rita pun dipercaya sebagai wali Ari hingga ia berumur 20 tahun. Namun Rita merasa bahwa uang itu bukan miliknya sepenuhnya. 

Rita merasa tak berhak menggantungkan hidup dari uang itu. Maka dari itu Rita memutuskan untuk bekerja membantu Tomas mencari uang agar uang peninggalan Linda tak terpakai seluruhnya untuk kebutuhan rumah tangganya.

"Ini kembaliannya. Terima kasih. Silakan berbelanja kembali." ucap Rita ramah kepada pelanggan sambil memberikan kembalian dan struk belanjaan. Pelanggan itu hanya menangguk lalu pergi.

Rita kembali membersihkan meja mesin kasirnya. Ketika sedang sibuk, tiba-tiba Rita mendengar suara bisik-bisik ibu-ibu berkerudung di dekat meja kasirnya. Rita melirik ke arah mereka. Rita sudah kenal betul ibu-ibu itu. Mereka bernama Dina, Jihan, dan Ratna. Sudah menjadi kebiasaan bagi ketiganya untuk bergunjing setelah berbelanja.

"Coba kau lihat dia sekarang... Itu akibatnya kalau murtad." ujar Dina.

"Jadi susah kan. Perempuan kok bekerja. Memangnya suaminya tidak bisa menafkahi?" sambung Jihan.

"Iya, aduh... Jangan sampai keluargaku seperti dia. Banyak sekali azabnya. Sudah hidup susah, tambah mandul pula." imbuh Ratna.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline