Besok lebaran, Opor ayam hari ini lagi dimasak, ketupat lagi dikukus, pokoknya hari ini pasti lagi sibuk-sibuknya nyiapin Lebaran besok (kalau jadi kata Menteri Agama).
Saat silaturahmi Lebaran pastinya saat paling menyenangkan karena ketemu dengan keluarga besar, makan opor ayam bareng dan ngobrol ngalor ngidul bareng. Tapi bisa jadi buat sebagian orang silturahmi ini bisa jadi moment yang berat.
"Kapan kawin ? Kamu kan udah kerja udah mapan, ditunggu undangannya ya."
"Udah lama nggak ketemu, wah kamu nambah gemuk ya !"
"Kerja dimana sekarang ?"
Buat saya sih itu basa-basi yang "mainstream" sekali saat lebaran. Biasanya sih itu pertanyaan standard ortu-ortu kelahiran 1960-an ke anak-anak generasi 2000an, yang masih asyik-asyiknya pacaran, baru cari kerja atau baru kerja, sering wisata kuliner (jadi ya sedikit berbobot lah badannya).
Kalau mau ditelusuri lebih dalam sebenarnya mereka nggak butuh-butuh amat sih sama jawaban atas pertanyaan di atas. Cuma sekedar cari bahan obrolan aja saat silaturahmi keluarga besar.
"KAPAN KAWIN ? "
Buat sebagian orang pertanyaan-pertanyaan kayak gitu bisa aja sangat menyiksa. Terutama buat jomblo-jomblo yang emang susah cari pasangan hidup, kalau ditanya "Kapan kawin?" itu sama aja kayak nge-jahit luka di kulit tapi nggak pake dibius . Suakiiiit rek ! Beberapa teman saya justru lebih memilih menghindar dari silturahmi keluarga besar demi menghindari pertanyaan kayak gitu. Mungkin buat yang sudah berkeluarga apalagi sudah beranak pinak, niat mereka baik, supaya anak-anak mudo itu cepat nikah dan menjauhi zinah, tapi ya nggak gitu juga. Sensitif banget dan rasanya kurang pas ditanyain saat silturahmi keluarga.
Sudut pandang ortu 1960-an (yang nanya):
"Kapan kawin ?" = Ayo dong cepetan berumah tangga, bisa bisa membentuk keluarga sakinah mawadah kayak om gini lho.