Lihat ke Halaman Asli

Bank Syariah dan Modal Ventura

Diperbarui: 21 Desember 2016   11:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Artikel ini dimuat pada rubrik Opini di media cetak koran harian Republika, Sabtu (17 Desember 2016)

Alwahidin

Mahasiswa Magister Sains Manajemen Keuangan Syariah

Program MD, Fakultas Ekonomika dan Bisnis

Universitas Gadjah Mada

Pangsa pasar atau market share perbankan syariah di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir sempat menunjukkan statistik yang mengkhawatirkan. Hingga akhir tahun 2015, target lima persen dari pasar perbankan nasional masih belum dapat terealisasi, tetapi kabar baik rupanya masih sedikit berpihak pada perkembangan perbankan syariah untuk tahun 2016. Sejak Bank Pembangunan Daerah Aceh disetujui untuk dikonversi menjadi Bank Aceh Syariah pada September 2016, menurut data OJK, market share perbankan syariah diperkirakan akan menembus angka 5,2 persen pada akhir tahun 2016, dengan total aset sebesar Rp 342 triliun, akan tetapi kabar baik itu tidak akan maksimal apabila pengelolaannya masih dibayangi oleh perbankan konvensional.

Kekhawatiran mengenai market share perbankan syariah bukanlah alasan utama melambatnya perkembangan perbankan syariah di Indonesia, walaupun market share perbankan syariah tidak mencapai lima persen, tetapi pertumbuhan aset perbankan syariah terus meningkat setiap tahun meskipun tidak sesignifikan sebelum tahun 2014. Perangkap lima persen yang menjadi kekhawatiran kalangan profesional keuangan syariah, merupakan dampak yang nyata dari ketidakmampuan perbankan syariah dalam mengimbangi pertumbuhan perbankan konvensional, sehingga secara statistik seolah menunjukkan pertumbuhan perbankan syariah merosot dalam tiga tahun terakhir.

Kemampuan pengelolaan aset perbankan syariah dalam menghasilkan laba masih jauh dibandingkan kemampuan yang dimiliki oleh perbankan konvensional. Walaupun pertumbuhan pembiayaan perbankan syariah pernah jauh melampaui pertumbuhan pembiayaan bank konvensional pada 2012 lalu, bahkan pertumbuhan pernah mencapai angka 46 persen, sementara pertumbuhan dana pihak ketiga pernah mencapai 49 persen. 

Namun, itu semua rupanya hanyalah hegemoni sesaat dari siklus perkembangan perbankan syariah yang saat ini sedang berada pada tahap pelambatan. Pertumbuhan pembiayaan perbankan syariah pada tahun 2015 hanya berkisar pada angka empat persen, sementara pertumbuhan pembiayaan perbankan konvensional mencapai 10 persen. Tidak dapat dinafikan dari informasi indikator pertumbuhan perbankan syariah dalam tiga tahun terakhir mengalami stagnasi. Perbankan syariah sepertinya telah sampai pada stage, di mana sudah kehilangan kemampuan untuk menginovasi produknya sehingga mampu bersaing secara fair dengan kemapanan sistem, yang dimiliki oleh perbankan konvensional.

Beberapa alasan berkenaan stagnasi pertumbuhan perbankan syariah telah banyak dikemukakan oleh praktisi dan akademisi. Alasan yang umum diungkapkan, antara lain, pemodalan yang dimiliki oleh perbankan syariah masih relatif kecil, biaya pendanaan yang masih mahal, biaya operasional yang belum efisien, layanan yang belum memadai, serta kualitas sumber daya manusia dan teknologi yang masih tertinggal dibandingkan perbankan konvensional.

Solusinya, perbankan syariah harus mulai memosisikan diri secara tegas terhadap layanan produk yang ingin ditawarkan. Strategi pasif yang mengharapkan regulasi positif dari pemerintah harus mulai dipikirkan solusi selainnya. Perbankan syariah hanya memiliki satu pilihan untuk terus maju, yaitu meninggalkan zona bayang-bayang perbankan konvensional. Untuk itu, perbankan syariah harus mulai memikirkan pola baru produk layanan yang dapat memperkuat posisinya sebagai lembaga keuangan syariah yang bertujuan menggerakkan ekonomi real di Indonesia. Modal ventura merupakan salah satu model pembiayaan yang paling sesuai dengan semangat pendirian perbankan syariah di Indonesia.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline