Proses Morfologi Kata Pungut dalam Bahasa Indonesia: Adaptasi dan Transformasi Linguistik
Oleh: Alvyna Rohmatika
Bahasa Indonesia memiliki karakteristik unik dalam proses penerimaan dan pengadaptasian kata-kata asing, yang dikenal dengan istilah kata pungut. Proses morfologis ini menunjukkan fleksibilitas dan kreativitas bahasa dalam mengintegrasikan kosakata dari berbagai sumber eksternal.
Metode Penyesuaian Kata Pungut
Dalam proses morfologi kata pungut, terdapat dua pendekatan utama penyesuaian:
1. Penyesuaian Berdasarkan Ucapan
Beberapa kata disesuaikan dengan cara memperhatikan pelafalan atau bunyi asli kata. Contoh klasik adalah kata "proyek" yang diambil dari bahasa asing namun disesuaikan dengan cara pengucapan Indonesia.
2. Penyesuaian Berdasarkan Sistem Penulisan
Metode lain melibatkan penyesuaian tulisan, seperti contoh pada kata "sukses" yang telah dimodifikasi dari kata asalnya.
Fenomena Linguistik dalam Pemungutan Kata
1. Protesis: Penambahan Fonem di Depan Kata
Protesis merupakan proses penambahan fonem di bagian awal kata. Contoh konkret adalah transformasi kata "bomb" menjadi "ebom" dalam konstruksi "mengebom" atau "pesawat pengebom".
2. Epentesis: Penambahan Fonem di Tengah Kata
Pada epentesis, fonem ditambahkan di bagian tengah kata. Misalnya, kata "*general*" yang diserap menjadi "*jenderal*" dalam bahasa Indonesia, dengan penambahan fonem di tengah kata.
3. Paradoge: Penambahan Fonem di Akhir Kata
Paradoge adalah penambahan fonem pada akhir kata. Contohnya "*lamp*" dari bahasa Belanda atau Inggris yang berubah menjadi "*lampu*" dalam bahasa Indonesia.