Dalam dunia olahraga MMA tentunya terdapat rivalitas antara satu petarung dengan petarung lainnya, hal ini merupaka sandiwara yang umum di panggung olahraga combat sport tersebut yang mana dipengaruhi oleh berbagai hal. Sebagai contoh, Khabib Nurmagumedov dengan Conor Mcgregor adalah sebuah rivalitas MMA yang terkemuka pada waktunya. Didukung oleh faktor internal dan eksternal sebagaimana Khabib pernah berseteru dengan partner sparring Conor Mcgregor yaitu Artem Lobov.
Sebagai bentuk pembalasan, Conor Mcgregor melakukan aksi anarkis dengan melempari bus UFC yang ditumpangi oleh Khabib dengan melemparkan troli kearah dia. Naas, para petarung yang menumpangi kendaraan tersebut mengalami cidera ringan dan sempat terancam untuk membatalkan pertandingannya.
Alhasil Conor Mcgregor ditangkap oleh kepolisian sempat untuk diadili, namun sesaat itu dia dibebaskan karena perihal pertarungannya dengan "The Eagle" yang menanti. Kebencian yang dimiliki oleh kedua orang tersebut tidak hanya disebabkan oleh kualitas citra team MMA mereka, tetapi juga dipengaruhi oleh isu SARA yang dikemukakan oleh Connor Mcgregor.
Diketahui bahwa "The Notorius" pernah mencuit istri Khabib sebagai "pengantin berbaju seperti lap lantai" mengenai foto pernikahan Khabib. Selain itu dia pun pernah mengejek kematian Abdulmanap Nurmagumedov, ayah mendiang dari Khabib yang disebabkan oleh COVID-19. Hal ini memicu kontroversi yang tinggi dari Connor dan seakan-akan dia lupa dengan kekalahan memalukan dari Khabib dan tidak belajar dari kesalahannya.
Pada saat itu rivalitas dan pertarungan mereka berpengaruh kepada sponsorhip dalam mendapatkan untung besar dari hasil penjualan tiket Pay Per View, menjadikannya sebagai salah satu acara utama UFC dengan penghasilan terbesar hingga saat ini. Bagaimana tidak karena salah satu metode sponsorship dalam menaikkan citra mereka di khalayak umum adalah mempertemukkan antara kedua belah pihak yang memiliki tingkat persaingan tinggi dalam suatu acara.
Sebelum menaikknya konfrontasi antara kedua petarung lightweight tersebut, dahulu kala UFC memiliki dua petarung veteran yang diketahui memiliki sejarah rivalitas serupa yaitu antara Daniel "DC" Cormier dengan Jon "Bones" Jones. Kebencian yang mendalam antara kedua petarung kelas light heavyweight dan heavyweight tersebut dipicu dari persaingan panas mengenai siapa grappler terbaik diantara mereka.
Jones menyebut bahwa "DC tidak memiliki kekuatan grapple dan striking selaras dengannya, selain itu dia berpendapat bahwa tubuh DC terlalu gemuk sehingga memperlambat gerakan sang petarung dalam menjaga tempo pertarungan. Lantas DC menyanggah pernyataan fitnah Jones tersebut dan dia menyerang balik dengan balasan verbal mengenai penggunaan narkoba oleh Jones selama menjadi petarung aktif di UFC.
Diketahui Jon Jones sudah pernah beberapa kali positif menggunakan jenis narkoba dan obat peningkatan kinerja, kebiasaannya bahkan mempengaruhi gaya hidup Jones hingga beberapa kali ditahan oleh kepolisian setempat. Oleh karena itu, Jones disebut sebagai seorang petarung berbakat yang tidak mampu mengontrol "bakat"nya hingga kelewatan batas wajar. Konflik antara Jon Jones dengan Daniel Cormier sudah berlangsung hingga saat ini, awal mula pertarungan mereka disajikan dalam acara utama UFC 182.
UFC 182 (2015)
Daniel Cormier ingin membuktikan dalam acara ini sebagai raja sesungguhnya di divisi Light Heavyweight sekaligus menaklukan rival abadinya. Diketahui dia sudah berhasil menahankan sabuk gelar sekian kalinya dan kini dihadapi oleh tantangan terberat dalam karir MMA nya. Di sisi lain, Jon Jones ingin merebutkan kembali sabuk tersebut dan membuktikan bahwa raja sesungguhnya adalah dia dan tidak ada kontender lain yang dapat meruntuhkannya.
Selama 5 ronde penuh, Jon Jones menggempur Daniel Cormier dengan serangan signifikan tinggi bahkan mampu menjatuhkan Cormier beberapa kali. Alhasil, Jones keluar sebagai raja baru dari divisi Light Heavyweight dan kembali menduduki tahta kerajaannya. Tetapi, sabuk kejuarannya secara tiba-tiba ditarik kembali karena sebelum acara dimulai Jones terperiksa positif menggunakan narkoba jenis benzoylecgonine sehingga sabuk kelas light heavyweight kembali dikosongkan. Melihat kesempatan emas di depan mata, Daniel Cormier berhasil mendapatkan kembali sabuk tersebut dalam acara UFC 187 setelah mengalahkan Anthony Johnson.