Apabila kalian pernah menonton sebuah acara serial TV atau Film bernuansa spionase, tentunya tidak lepas dari bagaimana sebuah suatu organisasi yang beroperasi dalam intelijen memecahkan sebuah permasalahan. Sepatutnya sebuah cerita mengenai konspirasi yang dikembangkan tentunya selalu dikaitkan dengan kepemerintahan negara, kita sebut saja seperti film Mission Impossible dan James Bond yang mana merupakan film spionase pendahulu bertema millitary fiction dan techno thriller.
Seakan-akan cerita kedua karya audio visual tersebut memberikan sebuah pesan bahwa Amerika lah yang keluar sebagai satu-satunya pahlawan dalam memberantas ancaman mereka, maka dari itu intelijen mereka memilki kualitas yang sangat tinggi dengan sumber daya melimpah. Teknik framing yang diaplikasikan tersebut bisa dikatakan 'berhasil' dalam mengembangkan persepsi positif untuk kepentingan sikap patriotisme dan nasionalisme masyarakat. Tetapi, pernahkah kalian berpikiran bahwa bagaimana narasi yang telah lama dibangun suatu saat diputarbalikkan dan peran antagonis dan protagonis berubah?
Sebuah hal yang patut diketahui bahwa istilah protagonis dan antagonis tidak selalu bersifat baik dan buruk, melainkan sebuah motif yang berkontradiksi antara satu sama lain. Selain itu, perlu diketahui juga bahwa pandangan kedua hal tersebut bisa saja berubah sedemikian di dalam suatu film seiring dengan berjalannya cerita.
Berbicara mengenai protagonis dan antagonis dalam film spionase, sudah tidak diragukan bahwa seorang agen intelijen seringkali digambarkan sebagai pahlawan utama yang melawan bahaya nyata. Tetapi, tidak semua karya memvisualisasikan narasi cliche tersebut karena dalam seri CONDOR narasi tersebut diputar balikkan menjadi intelijen negara sendiri sebagai musuh bagi anda sendiri.
Three Days of The Condor / Six Days of The Condor merupakan sebuah karya sastra James Grady yang menceritakan seorang analis rendahan CIA bernama Robert Malcolm yang diterpa ancaman pembunuhan dari kelompok pembelot CIA. Suatu saat dia keluar dari kantornya untuk membeli makanan ringan, saat kembali dia menemukan teman-teman kantornya terbunuh dengan tragis. Mengetahui hal ini, Malcolm mensinyalkan darurat pada CIA. Tetapi, saat organisasinya menginstruksikan Malcolm untuk bertemu di suatu tempat dia malah hampir dibunuh oleh anggota lain dari kelompok pembelot tersebut.
Selama menjadi buron, Malcolm berusaha untuk mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi di dalam intelijen dan siapa dalang sebenarnya dalam percobaan pembunuhan dia dan rekan-rekan lainnya. Seri CONDOR bisa dikatakan sebagai sebuah karya brilian yang mendapatkan apresiasi kecil dari para antusias karya sastra maupun film karena cerita di dalamnya sangat bernilai dan berfokus pada sudut pandang yang berbeda. Selain itu, seri tersebut telah diadaptasi pada film dan serial TV di tahun 1970-an dan 2018 dengan diperankan oleh aktor Hollywood kelas A-.
Seri Condor pada versi Film dan serial TV memiliki adaptasi cerita dan kehadiran tokoh-tokoh yang berbeda. Persamaan antara kedua versi adaptasi tersebut terletak pada penceritaan Joseph Turner menghindari ancaman pembunuhan berencana tersebut selama tiga sampai enam hari sembari menyekap seorang paralegal bernama Kathy Hale demi menutupi keberadaan aslinya.
Perjuangan tokoh protagonis dalam menyelesaikan konflik internal mereka memiliki sedikit perbedaan dimana pada versi film hasil yang didapatkan adalah motif kelompok pembelot CIA tersebut dalam merebut ladang minyak di negara timur tengah, sedangkan pada versi serial TV mereka ingin melancarkan serangan biologis secara diam-diam kepada seluruh jemaat Haji dan memberikan anggapan bahwa hal tersebut merupakan bumerang bagi kaum muslim tersendiri. Meskipun memiliki adaptasi yang berbeda, tetapi esensi cerita dan pesan moral yang diberikan tetap utuh dan bernilai.