Lihat ke Halaman Asli

Alviyatun

ATLM (Ahli Teknologi Laboratorium Medik) di Daerah Istimewa Yogyakarta.

Paes Pengantin

Diperbarui: 15 Maret 2022   17:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto: emma01r.blogspot.com

Paes Pengantin

~Alviyatun~

Rumah joglo itu nampak lengang. Sedikit gelap di dalamnya, padahal siang itu sangat terik. Tak ada celah untuk cahaya matahari masuk lewat genteng, karena satu pun tak terlihat genteng kaca. Terdengar percakapan dua orang perempuan sedikit tegang.

"Waktu semakin mendesak, May. Secepatnya kau dan Hilal mencari salon paes pengantin. Dua minggu waktu yang sangat cepat." Monika mencoba mengarahkan Mayang. Keduanya kakak beradik dari seorang ayah tetapi beda ibu.

"Paes pengantin itu tidak bisa diminta dengan mendadak, May. Kamu harus pesan jauh hari sebelum pernikahan." Lagi-lagi Monika membujuk Mayang.

"Tapi, Kak...aku tak bisa. Seharusnya aku bahagia, tapi hatiku tidak bisa. Kakak harus mengerti---" Mayang belum sempat menyelesaikan kata-katanya, tiba-tiba Monika memotong begitu saja.

"Tidak May, kamu tetap harus melanjutkan pernikahan ini. Jangan hiraukan aku." Tegas dan keras mirip ibunya. Hati Mayang tak rela melihat kakaknya hidup seorang diri sepeninggal dirinya nanti.

            Ayah Monika dan Mayang yang asli dari Jawa menikah dengan dua orang wanita. Pernikahan pertama dengan seorang wanita berasal dari Batak Toba, Sumatra Utara. Pesta pernikahan dirayakan meriah, dengan paes pengantin dari Batak Toba yang khas dan unik, hingga mencuri perhatian para tamu undangan. Pesona saurtali warna merah yang dikenakan melingkar pada dahi pengantin wanita menjadi ciri khasnya. Sebagai pemanis diselipkan pula tiga helai daun sirih diantara saurtali dan sanggul timpus. Keduanya nampak bahagia meski harus melalui rangkaian acara prosesi pernikahan adat yang panjang dan melelahkan.

Pernikahan ini melahirkan seorang anak perempuan cantik bernama Monika. Tetapi sayang, Mamanya Monika tak berumur panjang, ia mengidap penyakit jantung ketika usia Monika empat tahun. Waktu kebersamaan yang sangat singkat.

Selang setahun kemudian Ayah Monika menikah lagi dengan seorang wanita Jawa yang manis dan menarik. Tutur katanya lembut khas wanita Jawa. Pernikahan pun dilaksanakan sederhana menggunakan paes pengantin gaya Yogyakarta.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline