Lihat ke Halaman Asli

Alviyatun

ATLM (Ahli Teknologi Laboratorium Medik) di Daerah Istimewa Yogyakarta.

Perempuan Mulia dan Masa Lampaunya

Diperbarui: 4 Oktober 2020   00:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto : Om Andi Wijaya

Perempuan ini sangat sederhana. Lahir dan dewasa di sebuah dusun jauh dari kota. Secara kehidupannya jauh dari hal-hal berbau modern, pun saat dunia sudah sangat maju. Dewasa di tengah alam desa, menempanya menjadi seorang yang ulet, rajin dan berpikir simpel (sederhana).

Sifat ulet terasah dari orangtuanya yang seorang petani, tetapi di lain waktu bapaknya juga menjadi seorang tukang bangunan rumah yang sering dimintai tolong oleh para tetangganya. 

Hasil tangan si bapak cukup bagus sehinggga banyak tetangga yang merasa puas dengan garapan si bapak. Saat menggarap sepetak sawahnya, tak pernah mengenal lelah merawat tanaman yang sedang tumbuh, sehingga hasil panenpun bisa membantu kebutuhan sehari-hari. Pun demikian keseharian ibundanya yang ulet dan rajin pula.

Ibundanya membantu menggarap sawah dan menjual dagangan lombok maupun makanan pokok berupa gaplek. Gaplek adalah bahan makanan berasal dari ketela pohon yang di kupas kulitnya, direndam air beberapa hari kemudian dijemur di bawah terik matahari sampai mengering.

Untuk mendapatkan gaplek ini, ibundanya harus membeli ke daerah pegunungan yang cukup jauh, dan ditempuh dengan berjalan kaki. Karena pada waktu itu kendaraan masih sangat langka. 

Bahkan untuk sebuah sepeda, bagi rakyat kecil seperti mereka belum mampu membelinya. Gaplekpun digendong di atas punggung, walaupun berat tapi mereka nyatanya tetap kuat. 

Naik turun gunung tanpa alas kakipun dilakoni, demi untuk sesuap makanan yang belum tentu nasi didapat. Gaplek pun menjadi santapan sehari-hari pengganjal perut, penopang raga untuk tetap bisa berdiri.

Adalah thiwul makanan olahan dengan bahan baku gaplek yang bisa dikreasikan saat itu. Persediaan gaplek diolah sedikit demi sedikit, dengan cara ditumbuk halus menggunakan lumpang dan alu dari kayu. Selanjutnya diuleni dengan sedikit air dan dikukus sampai matang.

Dandang(ReyvanRudolf's Blogspot Nih Gan)

Alat kukus yang tersedia waktu itu adalah kuali dan dandang. Kuali berasal dari tanah liat dibentuk dengan bagian bawah membulat sehingga bisa menampung air kukusan. Dan gaplek ditampung dalam wadah kukusan bentuk kerucut dengan bahan anyaman bambu.

Alat kukus lain adalah dandang yang berbahan baku dari kuningan, digunakan untuk mengukus gaplek atau beras dalam jumlah besar.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline