Lihat ke Halaman Asli

Covid-19 dan Partisipasi Publik

Diperbarui: 18 April 2020   08:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

By Alvitus Minggu

Sebagaimana kita ketahui Covid-19 pertama kali muncul di Wuhan, Cina pada akhir Desember. Akan tetapi asal usul virus tersebut di kalangan internal pemerintah China dan media sosial menjadi bahan  perdebatan panjang. Pemerintah China menuding bahwa di balik ini adanya teori konspirasi di mana virus di duga sebenarnya berasal dari AS yang kemudian dibawa ke China oleh Miliiter AS sehingga tidak heran isu ini menjadi topik sensitif di China secara politik. Terlepas dari semua itu, Covid-19 telah  merugikan bagi masyarakat Wuhan. Pasalnya sebanyak 2.500 orang telah meninggal dunia karena virus Covid-19.

Pada saat China mulai pulih, episentrum Covid-19 kini berpindah ke beberapa Negara lain misalnya Eropa, Amerika Serikat. AS mencatat kasus infeksi tertinggi Covid-19 mencapai angka 5000 ribu. Sementara angka kematian secara keseluruhan di wilayah AS melampaui 20.600 dengan penduduk lebih dari 328 juta jiwa. 

Sementara Italia yang berpenduduk lebih sedikit dari AS mencatat jumlah kematian yang sangat tinggi, yakni mencapai 19.468 jiwa. Sementara itu, kasus infeksi tercatat 152.271 kasus. Demikian juga Spanyol, Prancis, dan Negara di Asia, seperti India, Filipina, Malaysia, dan Indonesia memperpanjang masa pembatasan gerak bagi warganya guna mengekang kurva penularan virus yang masih belum menurun.

Konon virus ini menyebar dari pasar hewan liar yang diduga menjadi sumber mewabahnya Covid-19. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) telah menyerukan agar pasar yang menjual hewan atau satwa liar seperti di Wuhan dan daerah lain di China ditutup secara permanen. Negara-negara lain yang memiliki pasar sejenis pun diserukan melakukan hal serupa. PBB menyebut hal itu perlu dilakukan guna mencegah munculnya kembali pandemi pada masa mendatang. 

“Diyakini bahwa virus itu adalah hasil dari kebakaran hutan, penggundulan hutan, dan kekeringan yang menyebabkan kelelawar kehilangan tempat tinggal sehingga berpotensi pembawa alami virus, pindah dari hutan ke dalam lahan gambut. Ia menginfeksi para petani, yang menginfeksi manusia lain dan yang menyebabkan penyebaran penyakit.

Bertolak dari hal tersebut, covid-19 bukan hanya menjadi bencana nasional melainkan telah menjadi bencana dunia karena memang yang terkena dampak virus ini tidak hanya di alami masyarakat lokal akan tetapi juga dirasakan oleh masyarakat dunia sebagaimana telah diuraikan sebelumnya. Virus ini menjadi geger masyarakat dunia karena telah ribuan yang terkonfirmasi positif terpapar virus Covid-19 maupun yang sudah meninggal dengan angka relatif cenderung meningkat yang terjadi di berbagai belahan dunia. 

Kondisi ini membuat kita semakin panik dan takut sehingga merasa tidak nyaman dalam menjalankan roda kehidupan sehari-hari. Kehadiran Covid-19 justru menimbulkan multi dampak sosial yaitu relasi sosial menjadi renggang,  aktifitas ekonomi menjadi terganggu, terjadi pemutusan hubungan kerja di perusahan secara sepihak, penuh kecurigaan satu sama lain, proses belajar-mengajar menjadi terganggu, dan muncul kemiskinan baru secara masif.

Hal tersebut sangat dirasakan oleh masyarakat Indonesia yang sampai saat ini masih berlangsung. Situasi demi situasi Jakarta pun dan sekitarnya menjadi mencekam. Perkembangan perhari ini jumat 17 April 2020 jumlah kasus yang terinfeksi 5.923 orang dan yang meninggal 520 orang. Sedangkan yang sembuh 607 orang. Data ini merupakan data resmi yang disampaikan oleh juru bicara penanganan Covid-19, Achmad Yurianto saat melakukan konferensi pers di Jakarta. 

Secara politik, kehadiran Covid-19 mengganggu demokrasi yang tengah berlangsung saat ini. Pasalnya agenda Pemilihan Kepala Daerah dan pemilihan Kepala Desa di sejumlah daerah menjadi terganggu yang sedianya akan dilaksanakan pada tahun ini tetapi karena saat ini masyarakat Indonesia sedang berduka yang mendalam akibat dampak Covid-19. Maka, proses  pelaksanaan pemilihan ditunda hingga tahun 2021 mendatang.

Virus tersebut pergerakannya sangat dinamis dan sulit diprediksi kapan berakhirnya. Oleh karena itu, untuk memutus mata rantai perkembangan Covid-19 perlu membangun kesadaran kolektif masyarakat untuk memperlambat pergerakan penyebaran covid-19. Pencegahannya tidak bersifat sporadis dan spontanitas akan tetapi diperlukan tindakan nyata. Misalnya perlu ditingkatkan penanganan secara medis, melakukan langkah hukum yang tegas bagi masyarakat yang tidak taat terhadap kebijakan pemerintah serta perlu adanya dukungan dan partisipasi publik secara penuh agar penyebaran virus Covid-19 menjadi berkurang. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline