Anak-anak sekolah khususnya mereka yang duduk di bangku kelas 6, 9 dan 12 akan segera di hadapakan pada ujian yang sangat kontroversial yaitu Ujian Akhir Nasional ( UAN). Tidak hanya siswa, orang tua merekapun pasti di rundung rasa kekhawatiran. Bagi mereka yang berada,untuk menghadapi ujian yang sangat menegangkan dan membuat stres itu ikut bimbel adalah sarana untuk mereka mempersiapakn diri untuk berperang menghadapi soal-soal yang membuat puyeng kepala. Namun ikut bimbel bukan merupakan pilihan mereka-mereka yang tidak mau mengambil jalur lambat untuk menghadapi UAN. Bagi mereka yang lebih memilih untuk menggunakan cara instant agar dapat lulus dengan baik membeli soal ataupun jawaban merupakan cara yang akan mereka pilih sekalipun itu merogoh kocek yang cukup dalam untuk membelinya. Jalan ini umumnya adalah cara yang dipilih oleh mereka yang tak mau bersusah-susah dan enggan untuk belajar. Padahal belumlah tentu jawaban yang diterima mereka adalah jawaban yang sepenuhnya benar dan dapat menghantarkan mereka untuk mendapatkan nilai yang bagus dan akhirnya bisa lulus.
Apabila yang terjadi demikian bukankah UAN yang digunakan sebagai tolak ukur kualitas pendidikan di negara kita dapat dikatakan merupakan sesuatu yang mubadzir dilakukan karena sudah tidak dapat lagi berfungsi sebagaiman mestinya melihat hasil yang diperolah siswa bukan berdasarkan kemampuan mereka. Kalau demikian lantas masihkah perlu UAN itu diadakan mengingat hal itu sudah tidak dapat lagi berfungsi sebagaimana mestinya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H